Sunday, 19 January 2014

PENJAJA CERITA CINTA



PENJAJA CERITA CINTA
Penulis : @edi_akhiles
Cetakan I : Desember 2013
Penerbit: DIVA Press, Yogyakarta
192 halaman

Penjaja Cerita Cinta adalah salah satu judul cerpen dari keenam belas cerpen yang terdapat di dalam buku ini sekaligus mewakili judul buku. Buku ini hasil karangan rektor dari Kampus Fiksi. Saya berterima kasih sekali kepada Pak Edi yang telah membagi-bagikan bukunya ini secara gratis, hanya dengan memberikan komentar di salah satu postingan blognya.


Seperti janji penulis di kata pengantar bahwa isi buku ini menyuguhkan cerita dengan berbagai rasa memang benar. Di awal saya merasakan kesedihan dan benar-benar paham akan kisah cinta, ada cerita yang membuat saya benar-benar bosan membacanya, juga ada yang membuat saya mengangguk-angguk kecil karena ekspektasi saya mengenai akhir cerita sama sekali berbeda. Sayang sekali saya pribadi tidak suka dengan sampul dari buku ini. Sampulnya terdiri dari warna cokelat tua dan muda dengan kertas serupa dengan surat perintah yang dikeluarkan kerajaan-kerajaan dahulu, ditambah dengan tangan yang memegang pencil hendak menulis. Kesan pertama, saya mengatakan ini adalah buku kiat-kita menulis atau bahkan buku motivasi, dan semacamnya. Saya menjadi tidak tertarik. Tetapi melihat tweet-tweet Pak Edi saya berniat untuk membaca bukunya dengan mengacuhkan sampulnya.


Diantara keenam belas cerita pendek saya menyukai cerpen yang pertama yaitu Penjaja Cerita Cinta, walau saya sudah bisa menebak kemana arah cerita tersebut, namun cara bercerita penulis mampu membawa saya kedalamcerita tersebut. Isinya bercerita tentang seorang yang pekerjaannya adalah pencerita. Dia menceritakan tentang kesetiaan seseorang perempuan yang menanti kekasihnya yang pergi di ujung senja. Walau pada akhirny cerita ini mengingatkan saya akan Sukan dan Alina-nya Seno Gumira Ajidarma, Pak Edi punya cara bercerita yang berbeda.


Jika ada sesuatu yang bisa melekat sedemikian pepatnya hingga tak ada seutas detik pun yang sanggup melepaskannya dari denyut jiwa manusia, pastilah itu sebuah kenangan. (hlm 36)
Cerita pendek yang membuat saya melanjutkan untuk membacanya berjudul SI X, SI X, And God. Berisi tentang cerita dua orang yang memperdebatkan kehidupan yang telah mereka jalani dan masih saja betanya mengenai kehadiran Tuhan. Yang membuat saya tidak meneruskan membacanya adalah karena sepanjang cerita, isinya hanya berupa dialog dua orang. Akhirnya saya paham rasanya membaca cerita tanpa adanya narasi. Membosankan! Tetapi lagi-lagi Pak edi berhasil memasukkan sesuatu pengetahuan di dalamnya.

“Tuhan sedang mendengar obrolan kita.”
“Bagaimana kamu bisa tahu?”
“Tanyalah hatimu yang berunari itu.”
“Caranya?”
“Ayuk, shalat, ntar kamu kan merasakan kehadiranNya.” (hlm 179)

Penulis ada mewanti-wanti agar membaca cerpennya tidak boleh setengah-setengah, harus dibaca sampai habis. Saya menemukan fakta ini disebuah cerpen yang berjudul Cerita Sebuah Kemaluan. Berisi tentang sesorang yang ingin mengetahui mengapa Tuhan hanya memberikan kita sebuah kemaluan, bukannya dua atau lebih. Saya juga (kembali) mewanti-wanti untuk membacanya sampai habis dan kamu akan terseyum-senyum.

Hidup hanya sekali, ya logislah bila kemaluan juga sekali saja malunya. (hlm 140)

Untuk cerita-cerita pendek lainnya, silakan untuk membaca bukunya sendiri. Nilai tambah buku ini adalah adanya tips-tips menulis. Bagi yang ingin belajar cocok sekali untuk mengamalkan tips-tips yang diberikan penulis. Cerita-cerita pendek di dalamnya juga bisa dijadikan pelajaran untuk membuat cerpen. Alur dan ide ceritanya beragam.

1 comment:

  1. ada tips2 nulis, sama seperti kumcer Little Stories-nya GPU ya?

    ReplyDelete