PENJAJA CERITA CINTA
Penulis : @edi_akhiles
Cetakan I :
Desember 2013
Penerbit: DIVA Press,
Yogyakarta
192 halaman
Penjaja Cerita Cinta adalah salah
satu judul cerpen dari keenam belas cerpen yang terdapat di dalam buku ini
sekaligus mewakili judul buku. Buku ini hasil karangan rektor dari Kampus
Fiksi. Saya berterima kasih sekali kepada Pak Edi yang telah membagi-bagikan
bukunya ini secara gratis, hanya dengan memberikan komentar di salah satu postingan
blognya.
Seperti janji penulis di kata
pengantar bahwa isi buku ini menyuguhkan cerita dengan berbagai rasa memang
benar. Di awal saya merasakan kesedihan dan benar-benar paham akan kisah cinta,
ada cerita yang membuat saya benar-benar bosan membacanya, juga ada yang
membuat saya mengangguk-angguk kecil karena ekspektasi saya mengenai akhir
cerita sama sekali berbeda. Sayang sekali saya pribadi tidak suka dengan sampul
dari buku ini. Sampulnya terdiri dari warna cokelat tua dan muda dengan kertas
serupa dengan surat perintah yang dikeluarkan kerajaan-kerajaan dahulu,
ditambah dengan tangan yang memegang pencil hendak menulis. Kesan pertama, saya
mengatakan ini adalah buku kiat-kita menulis atau bahkan buku motivasi, dan
semacamnya. Saya menjadi tidak tertarik. Tetapi melihat tweet-tweet Pak Edi
saya berniat untuk membaca bukunya dengan mengacuhkan sampulnya.
Diantara keenam belas cerita
pendek saya menyukai cerpen yang pertama yaitu Penjaja Cerita Cinta, walau saya
sudah bisa menebak kemana arah cerita tersebut, namun cara bercerita penulis
mampu membawa saya kedalamcerita tersebut. Isinya bercerita tentang seorang
yang pekerjaannya adalah pencerita. Dia menceritakan tentang kesetiaan
seseorang perempuan yang menanti kekasihnya yang pergi di ujung senja. Walau
pada akhirny cerita ini mengingatkan saya akan Sukan dan Alina-nya Seno Gumira
Ajidarma, Pak Edi punya cara bercerita yang berbeda.
Jika ada sesuatu yang bisa melekat sedemikian pepatnya hingga tak ada seutas detik pun yang sanggup melepaskannya dari denyut jiwa manusia, pastilah itu sebuah kenangan. (hlm 36)
Cerita pendek yang membuat saya
melanjutkan untuk membacanya berjudul SI X, SI X, And God. Berisi tentang
cerita dua orang yang memperdebatkan kehidupan yang telah mereka jalani dan
masih saja betanya mengenai kehadiran Tuhan. Yang membuat saya tidak meneruskan
membacanya adalah karena sepanjang cerita, isinya hanya berupa dialog dua
orang. Akhirnya saya paham rasanya membaca cerita tanpa adanya narasi.
Membosankan! Tetapi lagi-lagi Pak edi berhasil memasukkan sesuatu pengetahuan
di dalamnya.
“Tuhan sedang mendengar obrolan kita.”“Bagaimana kamu bisa tahu?”“Tanyalah hatimu yang berunari itu.”“Caranya?”“Ayuk, shalat, ntar kamu kan merasakan kehadiranNya.” (hlm 179)
Penulis ada mewanti-wanti agar
membaca cerpennya tidak boleh setengah-setengah, harus dibaca sampai habis.
Saya menemukan fakta ini disebuah cerpen yang berjudul Cerita Sebuah Kemaluan.
Berisi tentang sesorang yang ingin mengetahui mengapa Tuhan hanya memberikan
kita sebuah kemaluan, bukannya dua atau lebih. Saya juga (kembali)
mewanti-wanti untuk membacanya sampai habis dan kamu akan terseyum-senyum.
Hidup hanya sekali, ya logislah bila kemaluan juga sekali saja malunya. (hlm 140)
Untuk cerita-cerita pendek
lainnya, silakan untuk membaca bukunya sendiri. Nilai tambah buku ini adalah
adanya tips-tips menulis. Bagi yang ingin belajar cocok sekali untuk
mengamalkan tips-tips yang diberikan penulis. Cerita-cerita pendek di dalamnya
juga bisa dijadikan pelajaran untuk membuat cerpen. Alur dan ide ceritanya
beragam.
ada tips2 nulis, sama seperti kumcer Little Stories-nya GPU ya?
ReplyDelete