Tuesday, 20 August 2013

Persoalan Kemiripan

Disetiap kali ikut ibu keacara arisannya sejak kecil, pasti teman-teman ibu bilang, “wah, mirip bapaknya yah.” Ada lagi yang lain menyeletuk, “iyah, bapaknya dalam balutan kulit putih.” Biasanya sepulang dari itu saya akan berdiam diri dicermin. Pikiran anak kecil saya yang agak centil sedikit menggerutu, kenapa saya harus disama-samakan dengan wajahnya bapak? Pikiran cetek anak kecil saya berkata, memangnya muka saja seperti muka laki-laki? Biasanya saya akan menghabiskan waktu di depan cermin lama sekali.

Sampai saya besar, teman-teman ibu maupun bapak, bahkan teman-teman saya pasti bilang wajah saya mirip bapak. Entah kesekian kalinya saya berkutat di depan cermin, merenungi wajah saya yang katanya mirip bapak. Iyah, wajah saya memang bulat, seperti wajah bapak. Wajah bulat tentu memiliki pipi tembem. Ibu selalu mengejek, untung saya putih. Kemarin ada anak lelaki yang katanya menyukai saya, lebih tepatnya menyukai apa yang menjadi bagian tubuh saya. Katanya dia suka mata saya, mata yang seperti mata kucing, sedikit mencuat keatas diujungnya. Kau tahu mata kucing? Mata yang sangat innocent, mampu membuat orang pangling, biasanya sih saya memasang tampang seperti itu jika tidak diizinkan berbuat sesuatu, tapi memang hanya bapak yang biasanya luluh. Kemudian beberapa hari kuketahui, lelaki itu menyukai mataku karena mataku mirip bintang Korea kesukaannya yang bernama Sunny “SNSD”. Huh, saya tidak suka artis Korea!

Ahh, saya jadi ingat sewaktu MOS saat masuk SMA, saya mendengar kakak-kakak kelas saya mengatakan tidak tega mengerjai saya setiap melihat saya tersenyum, bibir saya yang jika tersenyum sangat lebar mirip semangka yang telah dipotong, merah merekah. Ahh sepertinya itu hanya bualan kakak-kakak senior yang merasa ganteng.

Setiap kali bertandang di rumah tetangnga, si tante selalu mengomentari alis saya. Katanya alis saya selalu dirapihkan dengan dipotong ujung-ujungnya. Saya dengan keras menampiknya, jangankan merapihkan alis, maskeran tiap minggu saja jarang.

Dan, saya paling kesal jika berbicara tentang hidung saya, walau kata teman, hidung saya unik. Hah, apanya yang unik dengan bekas cacar ditengah-tengahnya? Kata mereka, walau saya tidak mempunyai lesung pipi, saya mempunyai lesung hidung, lesung yang terlihat walau tanpa diiringi senyuman. Setidaknya, julukan “lesung hidung” ini menambah ketertarikan akan hidungku yang termasuk golongan pesek. Tapi, saya paling senang dengan dagu saya. Orang bilang dagu saya mirip biji kopi, terbelah, dan saya sangat menyetujui itu. Saya sangat menyukai kopi dan rasa-rasanya hari tidaklah menjadi lengkap jika melewatinya tanpa meminum kopi.

Saya masih didepn cermin, lantas masih tidak menemukan dimana letak kemiripan yang begitu kental dengan wajah bapak? Tapi, ketahuilah, anak gadis yang mirip wajah bapaknya Insya Allah akan sukses. Entah ini perkataan siapa dulu.
Ah, kenapa mesti mempermasalahkan mirip siapa? Yang jelas mirip Ibu atau Bapak, yang tidak lazim jika mirip tetangga kan?

Tulisan ini diikutkan dalam #tantanganmenulis oleh @JiaEfendi

No comments:

Post a Comment