Disetiap kali ikut ibu keacara arisannya sejak kecil, pasti
teman-teman ibu bilang, “wah, mirip bapaknya yah.” Ada lagi yang lain
menyeletuk, “iyah, bapaknya dalam balutan kulit putih.” Biasanya
sepulang dari itu saya akan berdiam diri dicermin. Pikiran anak kecil
saya yang agak centil sedikit menggerutu, kenapa saya harus
disama-samakan dengan wajahnya bapak? Pikiran cetek anak kecil saya
berkata, memangnya muka saja seperti muka laki-laki? Biasanya saya akan
menghabiskan waktu di depan cermin lama sekali.
Sampai saya besar, teman-teman ibu maupun bapak, bahkan teman-teman
saya pasti bilang wajah saya mirip bapak. Entah kesekian kalinya saya
berkutat di depan cermin, merenungi wajah saya yang katanya mirip bapak.
Iyah, wajah saya memang bulat, seperti wajah bapak. Wajah bulat tentu
memiliki pipi tembem. Ibu selalu mengejek, untung saya putih. Kemarin
ada anak lelaki yang katanya menyukai saya, lebih tepatnya menyukai apa
yang menjadi bagian tubuh saya. Katanya dia suka mata saya, mata yang
seperti mata kucing, sedikit mencuat keatas diujungnya. Kau tahu mata
kucing? Mata yang sangat innocent, mampu membuat orang pangling,
biasanya sih saya memasang tampang seperti itu jika tidak diizinkan
berbuat sesuatu, tapi memang hanya bapak yang biasanya luluh. Kemudian
beberapa hari kuketahui, lelaki itu menyukai mataku karena mataku mirip
bintang Korea kesukaannya yang bernama Sunny “SNSD”. Huh, saya tidak
suka artis Korea!
Ahh, saya jadi ingat sewaktu MOS saat masuk SMA, saya mendengar
kakak-kakak kelas saya mengatakan tidak tega mengerjai saya setiap
melihat saya tersenyum, bibir saya yang jika tersenyum sangat lebar
mirip semangka yang telah dipotong, merah merekah. Ahh sepertinya itu
hanya bualan kakak-kakak senior yang merasa ganteng.
Setiap kali bertandang di rumah tetangnga, si tante selalu
mengomentari alis saya. Katanya alis saya selalu dirapihkan dengan
dipotong ujung-ujungnya. Saya dengan keras menampiknya, jangankan
merapihkan alis, maskeran tiap minggu saja jarang.
Dan, saya paling kesal jika berbicara tentang hidung saya, walau kata
teman, hidung saya unik. Hah, apanya yang unik dengan bekas cacar
ditengah-tengahnya? Kata mereka, walau saya tidak mempunyai lesung pipi,
saya mempunyai lesung hidung, lesung yang terlihat walau tanpa diiringi
senyuman. Setidaknya, julukan “lesung hidung” ini menambah ketertarikan
akan hidungku yang termasuk golongan pesek. Tapi, saya paling senang
dengan dagu saya. Orang bilang dagu saya mirip biji kopi, terbelah, dan
saya sangat menyetujui itu. Saya sangat menyukai kopi dan rasa-rasanya
hari tidaklah menjadi lengkap jika melewatinya tanpa meminum kopi.
Saya masih didepn cermin, lantas masih tidak menemukan dimana letak
kemiripan yang begitu kental dengan wajah bapak? Tapi, ketahuilah, anak
gadis yang mirip wajah bapaknya Insya Allah akan sukses. Entah ini
perkataan siapa dulu.
Ah, kenapa mesti mempermasalahkan mirip siapa? Yang jelas mirip Ibu atau Bapak, yang tidak lazim jika mirip tetangga kan?
Tulisan ini diikutkan dalam #tantanganmenulis oleh @JiaEfendi
No comments:
Post a Comment