Ini tentang Mahasiswa.
Makassar.
Identiklah mereka dengan DEMO!
Saya sudah bisa tertawa sinis sekarang dengan lega. Iyah, menertawai para mahasiswa-mahasiswa yang sedang aksi-dengan semaunya- karena sekarang saya berstatus alumni mahasiswa. Saya juga aktivis kampus dulu, tapi saya tidak berlagak bego dan ingin dibilang bersikap pahlawan yang sekarang bisa dijumpai di setiap diri para mahasiswa yang berkoar di jalan. Menganggap dirinya sebagai pembela rakyat.
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía) yang berarti kekuasaan rakyat. Pengertian inilah mungkin (yang disengaja) disalah artikan para kawan-kawan aktivis kita. Mereka rakyat dan mereka berkuasa.
Disuatu subuh, saya menemani sepupu saya mengantar suaminya ke bandara. Suaminya hendak pergi untuk mencari nafkah di luar negeri. Suatu subuh dimana harga BBM akan resmi dinaikkan. Dan kembali saya tersenyum sinis ketika di jalan pulang, supir taksi berceloteh, “Malam tadi, mahasiswa tutup jalan lagi. Ahh Mahasiswa, dia mau membela rakyat tapi malah menyusahkan rakyat. Dia tutup jalan dan menghalangi kita rakyat kecil mencari nafkah.” pak supir diam sejenak, seolah berpikir, dan kembali melanjutkan perkataannya, “tapi ada juga mahasiswa yang baik,” katanya seolah takut ada yang salah dengan ucapannya.
Mungkin dia mengira saya masih berstatus mahasiswa. Tapi kemudian dia dengan gamblangnya berceloteh ketika saya juga ikut protes terhadap mahasiswa itu.
Nah, teman-teman, adik-adik atau bahkan ada kakak senior yang masih menjabat sebagai mahasiswa. Berpikirlah diluar nalurimu sebagai mahasiswa-yang paling besar dibanding siswa-siswa lainnya- keluarkanlah naluri rakyatmu. Jangan merusak, itu saja.
Ahh iyah, tidak selamanya ketika kita berpikir kita telah melakukan sesuatu untuk menolong orang lain, orang lain itu merasa tertolong. Tidak.
Aksi mahasiswa-mahasiswa yang merusak nan anarkis itu membuat saya terus berpikir. Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah menyanyangi milik mereka. Sehingga dengan gampangnya merusak barang milik orang lain.
Saya tertawa melihat sebuah joke di sebuah koran harian. Tapi, saya merasa miris juga, mengingat saya pernah menjabat juga sebagai mahasiswa.
Seperti ini gambarnya.
Bagi yang kurang jelas, percakapannya seperti ini.
Ucam : “Terlambatmako seng masuk kantor, Mon.”
Momon : “Iyo, gara-gara itu mahasiswa toloa na tutupki lalang!”
Ucam : “Mau jadi apa itu mahasiswayya di’?”
Momon : “Cocokki jadi penjaga palang.”
Lihat saja, ini adalah gambaran kecil dari masyarakat yang mencemooh kalian para kawan-kawanku mahasiswa. Tergelitik lah sedikit untuk mengubah presepsi masyarakat yang menurut kalian ingin kalian tolong.
No comments:
Post a Comment