Tuesday, 3 September 2013

Yang Tidak Boleh Berubah

Saya baru saja kumpul hore, kumpul dengan tetangga-tetangga. Kami semua kebetulan ada di kampung dalam waktu bersamaan. Saya lupa kapan terakhir kali kami kumpul seperti ini, yang jelasnya setelah kami semua beranjak semakin besar, beranggapan perempuan dewasa lebih baik berdiam diri di rumah melakukan pekerjaan rumah atau membaca buku ketimbang bermain-main, bercerita tidak penting, dan memilih untuk hijrah ke kota orang untuk menuntut ilmu. Dulu sewaktu masih sekolah di kampung, kami (yang seumuran) akan berangkat ke sekolah berjalan kaki bersama, kalau sore hari menyempatkan diri untuk sekadar bercerita mengenai apa yang terjadi hari itu atau paling sering adalah menceritakan orang lain, hal yang lumrah.

Setelah pulang berlibur ke kampung, kami sudah jarang bertemu, padahal rumah berseblahan. Tidak ada pagar, cuma bunga-bunga kepunyaan ibu kami yang membatasi. Setelah pergi ke kota, kami mungkin mengikuti alur kehidupan orang kota yang walaupun bertetangga jarang saling sapa, akibatnya kurang mengenal.

Saya merasa resah kalau-kalau itu benar-benar terjadi diantara kami. Sampai tiba hari itu, saya tahu bahwa ternyata tetangga saya itu juga mempunyai keresahan yang sama. Kami ternyata saling merindukan kehangatan bertetangga yang dulu. Kamipun sepakan untuk keluar makan malam di warung langganan.

Tidak ada yang berubah diantara kami, langsung akrab dan bercerita lepas seperti dulu, tidak seperti orang yang lama tidak bertemu kemudian tidak ada topik pembicaraan. Malam itu semuanya tertawa lepas, saya pun. Saya merasa sedikit lega tertawa seperti itu, rindu disini seperti beban. Rindu bercengkrama, dan ketika terwujud, segalanya menjadi ringan. Bahwa ternyata, perempuan dewasa itu perlu gila-gilaan dan kembali seperti anak kecil guna melepas penat.

Saya tidak pernah merasa sudah dewasa, tetapi umur dan pemikiran dengan sendirinya membawa kita untuk tidak melakukan apa yang diperbuat orang yang umurnya berada di bawah kita.

Inilah juga yang seharusnya tidak pernah berubah dalam adab bertetangga, walau sesibuk apapun, walau sejarang apapun kita bertemu, jika ada kesempatan manfaatkanlah itu. Bercengkrama seperti ini sampai tertawa lepas membuat kita (merasa) muda dan kecil kembali.

Karena (merasa) sekarang ini sudah jarang terjadi, maka kami berfoto untuk mengabadikannya ^^

2 comments:

  1. Ya, suatu saat pasti merindukan tuh masa-masa ngumpul apalagi jika semuanya sudah pada sibuk masing-masing hihihi

    ReplyDelete
  2. Iyah Titis, terlebih sama tetangga-tetangga yang udah deket banget :)

    ReplyDelete