Wednesday, 25 September 2013

Sebab Semua Hal Bisa Ditertawakan

Sebab semua hal bisa ditertawakan adalah bentuk lain bersyukur dan selalu merasa bahagia. Tidak percaya? Sekiranya kalian bisa  sesekali mencobanya. 

Lalu bagaimana?

Saya mulai merasakan hal ini ketika saya dan teman-teman saya melakukan tindakan konyol. Kami akan menuju ke Kantor Pos dan diantara kami, tidak ada satupun yang menghapal jalan kesana. Alhasil, kami berjalan kaki lumayan jauh ditengah terik panas matahari yang menuju sore. Jikalau kalian tahu, matahari jelang kepulangannya mengeluarkan panas yang rasanya rada aneh. Saat itu kami ingin menghantarkan berkas lamaran kerja, peluh dipelipis kami mulai berjatuhan ke pipi setelah bersitegang melawan jahatnya matahari, jam sudah menunjukkan bahwa setengah jam lagi kantor-kantor akan tutup, tidakterkecuali kantor yang sedang kami tuju. Tetapi apa, alih-alih saling menyalahkan karena ternyata tidak ada yang tahu jalan, kami malah saling menertawakan satu sama lain. Menertawakan betapa kusutnya wajah kami, betapa sepatu kami seperti tidak terlihat sepatu lagi karena diselimuti oleh debu-debu jalanan. Kami sejenak berhenti beristirahat dan lewatlah penjual bakso dengan gerobaknya. Penjualnya sudah tua dan ringkih. Seperti diberi aba-aba, kami kemudian saling berpandangan.

“Lihat, kita yang tidak membawa beban saja, jalan kaki sejauh ini capeknya bukan main. Coba lihat penjual tadi, betapa hebatnya dia,” kataku.
“Mestinya kita harus tetap bersyukur karena kita masih muda dan diberi kekuatan untuk menggunakan kaki kita,” lanjut sahabatku yang satu.
“Lalu, kenapa kita tinggal saja? Ayok jalan lagi!” katanya sambil menarik kami berdua.

Kami bertiga tersenyum, senyum yang kutahu penuh arti didalamnya.

Beberapa kilo jalan kami tempuh, akhirnya kantor yang berciri khas berwarna oranye itu terlihat sudah. Beruntunglah kami tidak berkeluh kesah, karena ternyata keberuntungan dan kebahagiaan selalu berpihak pada orang-orang yang tidak suka menggerutu. Kantor posnya melayani hingga larut malam. Dan satu lagi betapa tidak adanya kesia-siaan dalam hal berjalan kaki beberapa kilometer tadi, bahwa pekerja disana ramah-ramah serta mendoakan kelulusan kami. 

Keberhasilan kami menempuh hari ini wajib kami apresiasikan dengan makan malam ditempat kesukaan kami semenjak kuliah. Dan kebodohan kamipun berlanjut. Dari kantor pos tadi untuk ke tempat makan melewati jalur yang diantara kami (sekali lagi) tidak ada yang benar-benar merasa menguasai jalannya, tapi kami tetap berangkat. Kembali, kami jalan kaki karena takut tersesat, untung saja ada beberapa tempat yang kami laluiyang menandakan bahwa tempat yang kami tuju sudah dekat. Betapa, makan malam kali itu sangatlah enak, terlebih karena kami kecapaian. Kami kembali tertawa bersama-sama ketika kami tiba-tiba serempak memijat-mijat betis kami.

Semua hal bisa ditertawakan. Mari mencoba untuk tidak menggerutui kebodohan dan kesalahan serta cobalah untuk menertawakannya, karena setelahnya kalian akan tahu kebenaran. Sekiranya memang, lebih baik menertawakan kebodohan daripada menghabiskan waktu untuk menggerutu dan menyesalinya.

Saya selalu berterima kasih kepada sahabat-sahabat saya. Siapa lagi yang bisa membuat pipimu sakit akibat kebanyakan tawa diantara rasa kecapaian dan rasa resah kalau bukan sahabat? 

                       Kami sempat berfoto sebelum memulai kekonyolan kami waktu itu ^^

No comments:

Post a Comment