Jatuh cinta. Cinta. Lima huruf yang tak pernah bosan-bosannya
dijadikan perbincangan, malah obrolan itu sendiri terasa hambar bila
tidak diselingi lima huruf tersebut didalamnya, ibarat bumbu serbaguna
disetiap masakan, apapun itu.
Cinta pertama. Inilah yang menyebabkan adanya cinta-cinta yang lain,
tumbuh setelahnya, yah karena ada istilah cinta pertama, memberi ruang
untuk hadirnya cinta kedua, ketiga dan cinta lainnya (eh, kok malah jadi
lagunya mas dhani yah?) Tapi begitulah cinta, dia tidak akan habis
begitu saja, selalu berlanjut seiring masih adanya ruang untuk menghirup
dan menghembuskan nafas.
Saya tidak akan menceritakan cinta pertama saya kepada seseorang,
saya sepertinya kehabisan kata-kata untuk menguraikannya, mungkin juga
akan terbaca membosankan, dimana-mana orang mengelu-elukan cintanya
kepada seseorang, terlebih kelawan jenis. Saya akan menuliskan bagaimana
kecintaan saya terhadap Buku.
Saya dilahirkan di keluarga yang semuanya senang membaca. Coba
bayangkan, sebelum masuk TK saya sudah bisa membaca, ini hasil jerih
payah ibu dan ayah saya. Bayangkan lagi, mereka mengajarkan saya membaca
yang kala itu umur 4 tahun dengan koran yang tulisannya sangat kecil.
Taraaaa, hasilnya saya sangat tergila-gila membaca buku. Pernah ada
teman saya yang menulis ini, “Saya mau berbagi buku dengan Dhani, karena
suplemen dia itu bukan vitamin, melainkan buku.” saya tertawa sekaligus
haru membacanya.
Sewaktu saya sudah lancar membaca - saat itu kakek saya menjabat
sebagai kepala sekolah disalah satu sekolah dasar negeri - kakek saya
sering membawakan saya buku-buku cerita yang terdapat diperpustakaannya,
dan saya yang kecil sangat bersemangat sehingga kakek saya pun ikut
bersemangat dan terus membawakan saya buku, buku-buku tentang legenda
seperti Danau Toba, sangkuriang, dll. Tante saya yang juga gemar membaca
mulai membelikan saya buku dongeng-dongeng Cinderella, Putri tidur,
Gadis berjubah merah, dll. Sayapun jatuh cinta dengan cerita semacam
itu, saya membaca buku-buku itu terus menerus, sampai hapal isinya dan
kertasnya mulai lusuh dan robek. Seperti itulah kalau sudah cinta, tidak
akan pernah bosan, sampai yang dicinta itu sudah jelek, lusuh, bahkan
cacat. Tapi semuanya kini hilang dan saya menyesal tidak memberi
perhatian khusus kepada buku-buku saya itu.
Menginjak SD, seingat saya, saya mulai membaca serial Lupus kecil, 5
sekawan, komik doraemon, tapi lagi-lagi semuanya hilang, entah karena
mungkin saya masih kecil dan belum mengerti bagaimana merawat buku.
Memasuki dunia SMP, novel pertama yang kubeli sendiri adalah teenlit,
yang berjudul Not just a Fairy Tale, karena sejak kecil disuguhkan
bacaan fiksi fantasi, kehidupan putri-putri yang membuat saya jatuh
cinta, sampai sekarang saya terobsesi dengan semua itu, haha. Novel
pertama saya itu masih ada sampai sekarang, dan mulai saat itu saya
selalu menjaga buku saya. Saya mengkonsumsi novel-novel teenlet hingga
SMA. Sekarang sudah tidak lagi. Entahlah, rasanya sudah tidak pantas,
hehe. Ternyata umur juga mempengaruhi selera baca.
Saking cinta dan tergila-gilanya saya dengan buku, kadang saya sampai
menyuruh teman-teman diluar kota untuk mencarikannya. Dan disitulah
letak serunya mendapatkan buku yang dicari-cari. Disaat cewek-cewek yang
lain sibuk memborong pakaian, saya malah geregetan didepan rak buku,
memilih buku yang mana lebih dulu yang akan dibeli.
Saat ini, kami para pecinta dan penggemar baca buku mengadakan lomba
baca buku dalam #ammacaki senang sekali berkumpul dengan teman
penggila buku. Seperti yang kau lihat ketika para cewek-cewek lain
bergosip dengan tas-tas, sepatu dan apapun yang bermerk, kami malah
sibuk mendiskusikan buku.
Jangan kira kami yang hidupnya dibalik buku adalah orang-orang cupu, kami keren karena kami membaca B-)
Ahh, saya tidak akan berhenti menulis kalau mengenai buku. Jadi sampai disini saja, dan selamat membaca.
Kenapa berhenti? Saya masih ingin membaca.
ReplyDeleteOh, iya, saya juga cinta membaca dan menulis. Tapi saya tidak lahir dari keluarga yang suka membaca seperti kamu. Udah gitu aja, jangan dilanjutkan.