LOBALOID BOOK SALE
DISC. ALL ITEM
ALL BOOK YOU NEED, HERE!
Until your money empty!
Begitu selebaran yang didapatkan
Irna selagi makan siang di luar kantornya. Disebelahnya terdengar si nyonyah -sebutan
untuk bosnya- menyerocos tiada henti. Lebih banyak mengocehnya dibanding mengunyah,
sampai-sampai Irna kenyang duluan.
“Seminggu saja makan bersama si
nyonyah, program dietku untuk natalan nanti pasti sukses,” ucap Irna dalam hati
dengan wajah sendu namun hati riang.
Sementara si nyonyah sibuk
membuka lembaran-lembaran hasil audit,
Irna malah asyik menyebar luaskan berita book
sale tersebut ke teman-temannya sesama pecinta buku. Terutama kepada kedua
sepupunya yang melulu minta ditanggung biaya bukunya oleh Irna, yaitu Dhila dan
Lia. Sepakat, akhirnya mereka janjian untuk pergi memborong buku keesokan
harinya.
___
Dhila, Lia, kalian pergi duluan
deh. Nanti aku nyusul. Si nyonyah ribet nih √
Begitu pesan yang dikirim Irna ke
kedua sepupunya melalui whatsapp.
Sementara itu, Irna memutar otak, bagaimana cara mengelabui si nyonyah agar
bisa sesegera mungkin keluar dari kantor. Disela lamunannya ponselnya berbunyi,
pesan dari Dhila.
Yah, Kak Ir. Aku pergi sendiri
dong. Lia berangkat dari kampusnya. Kamu tahu sendiri kan kak, aku buta jalan :( √
Jangan bawel, belajar sendiri.
Nggak apa-apa tersesat di jalan, asal jangan di hatinya aja. √
Kak Ir….. :( √
Irna mengacuhkan pesan Dhila dan
berharap ada pangeran yang segera datang menemukannya sambil membawa peta.
“Ah, aku taruh saja tas ini di resepsionis,
nanti aku pura-pura ke toilet. Nah, si nyonyah pasti nggak bakal sadar kalau
aku sudah kabur. Dengan adanya tas yang kusimpan terlebih dahulu, kepergianku
tentu tidak mencolok,” irna lagi-lagi berkata kepada dirinya sendiri, kali ini
dia mendapatkan ide cemerlang.
___
Dhila kelabakan di kamarnya
sehabis menerima pesan dari sepupunya yang semena-mena itu. Mau melawan, takut
nanti biaya perburuan bukunya di book
sale terancam ditiadakan. Maka dengan berbesar hati, dia mencoba
peruntungannya menyambangi tempat book
sale tersebut diadakan.
___
Di kantin kampusnya Lia membalas
pesan dari sepupunya Irna.
Okeh, Kak Ir. Aku berangkstnua
dari kampus yah. Mungkon agsk sorwan. √
Lia baru menyadari ketika tanda
centang di ponselnya terbentuk. Ada banyak typo
disana. Sudah beberapa kali dia mengajar jempolnya untuk tidak typo, tapi tetap saja jempolnya
membangkang. Dia sudah akan menduga ditertawai habis-habisan oleh sepupunya
itu.
Lia, typomu itu loh. *Puk-puk jempolnya pake stick golf √
Lia yang menerima pesan itu hanya
manyun. Lebih memilih untuk tidak membalsnya, dikarenakan akan takut typo untuk kesekian kalinya.
Setelah membayar makanannya, Lia
pun bergegas menuju tempat book sale.
***
Di belahan tempat lainnya. Kaum lelaki
yang pecinta buku juga sedang rusuh. Olih yang merupakan teman dari Irna
menerima pesan akan book sale darinya dan mengajak dua temannya yang walaupun
lelaki ternyata menyukai diskonan melebihi kaum perempuan.
Mamet, besok lo nggak ada kerjaan
kan? Kita ke book sale yang diadakan
Lobaloid yuk. Gue juga sudah ngajak Mas Alan. √
Yoi, gue lagi kosong kok. Emang,
Mas Alan udah setuju mau ikut? √
Mas Alan mah, diajak kemana aja
okeh √
Asal jangan ke masa lalu aja √
Hahaha √
Begitulah penggalan chat mereka. Mereka pun berangkat dari
tempat masing-masing. Sebenarnya, Olih berharap Mamet berniat mengajaknya untuk
pergi bersama menaiki vespanya. Tetapi, Mamet ada hal lain yang harus
dikerjakannya terlebih dahulu. Padahal, jauh didalam lubuk hatinya dia sedang
was-was. Kalau-kalau sampai dia tidak tahu jalan. Memang lelaki terkadang
sering melupakan hal-hal kecil, tapi tidak seperti Olih, sampai-sampai jalan
pun dia lupa. Asal jangan lupa cari pacar aja, pernah salah seorang temannya
berceletuk seperti itu.
___
Mamet bersiul-siul sambil menenteng
helmnya menuju halaman depan, Creamy –
nama vespa kesayangannya – telah lama menunggu. Siap mengantarkan Tuannya. Dia
sengaja berbohong kepada Olih, berharap temannya yang satu itu bisa mengahapal
jalan, bukannya menghapal kejadian-kejadian masa lalunya saja. Dia hanya ada
perlu sebentar di kampusnya, dan itu tidak memakan waktu lama seperti yang
diutarakannya ke OLih.
Kini Mamet meluncur dengan
gagahnya, dari earphone di telinganya
mengalun lagu dari Siera Soetedjo, lagu kesukaannya. Hampir setiap dia
mengendarai Creamy didengarkannya
lagu itu.
___
Alan melirik jam dinding di
kamarnya. Seperti kebiasaannya, dia menunggu lima menit sebelum waktu yang diancang-ancangnya
keluar rumah, untuk mandi. Yah, waktu mandinya cuma lima menit. Kadang juga
tidak mandi, jika air tidak mengalir. Tidak banyak ritual yang dia lakukan, dia
mengambil jaket kebesarannya dan tas salempang berwarna merah – yang berlogokan
arsenal, yang dia dapatkan dari membership
ais – andalannya, kemudian berangkat.
***
Menurutmu, adakah yang kebetulan
di muka bumi ini? Sepertinya tidak ada. Semua sudah diatur dengan apiknya oleh
Tuhan. Pertemuan-pertemuan yang tidak disangka, tentulah ada maksud dikemudian
hari. Entah nanti untuk kita kenang kembali, atau malah terlupakan begitu saja.
Sepekah apakah kita memaknai sesuatu yang seringkali disebut kebetulan itu?
Mamet yang telah menyelesaikan
urusannya, segera meluncur lagi dengan vespa kesayangannya. Dia terus melaju,
kembali mendendangkan lagu kesukaannya sambil membayangkan ada gadis cantik
yang berada diboncengannya saat ini. Saking asyiknya dia, sampai tidak melihat
ada seorang perempuan yang hendak menyebrang jalan.
Perempuan itu adalah Lia. Kala
itu dia sedang mendengarkan lagu rock kesayangannya pula, sampai tidak
mendengar suara vespa yang katanya romantis itu. Entah dari segi apa suara
vespa yang ribut itu dibilangnya romantis.
Mamet tiba-tiba mengerem vespanya
dan hamper terjatuh. Lia berteriak histeris. Ban depan Creamy nyaris saja menyentuh lutut Lia. Alih-alih memarahi Mamet
seperti yang biasa dilakukan perempuan-perempuan ketika hampir tetabrak, Lia
malah tersenyum berbahagia. Dia menghampiri Mamet yang kini sudah salah
tinggah. Antara merasa takut kalau-kalau Lia lecet dan merasa heran karena
dihampiri dengan senyum sumringah.
“Kak, vespanya keren. Aku suka
vespa loh. Aku Lia,” kata Lia ceria sambil mengulurkan tangan.
“Eh, iya. Saya Mamet,” balas
Mamet masih dengan tampang tidak mengertinya.
“Namanya Creamy. Eh, kamu mau
kemana? Kalau searah, yuk kita barengan aja. Hitung-hitung minta maaf karena
nyaris menabrakmu,” ajak Mamet.
Lia tampak menimang-nimang.
Sebagai perempuan, tentulah harus jual mahal sedikit, apalagi dengan orang baru
dikenalnya. Tapi, raut wajahnya tidak bisa berbohong, dia ingin sekali
dibonceng dengan vespa, itu adalah cita-citanya sejak SMA.
“Ayok, naik aja.”
“Baiklah. Terima kasih kak.”
____
“Aduh dimana sih ini?” gerutu
Dhila sambil memijit-mijit betisnya yang kesakitan. Kala itu sudah habis
keberaniannya untuk melanjutkan perjalanan. Dia berhenti disebuah halte. Dia
mengibas-ngibaskan brosur book sale karena tidak tahan panasnya matahari. Tanpa
ditahunya, anak laki-laki disebelahnya juga tersesat. Olih yang melihat
selebaran ditanganya, kini menghampirinya.
“Mau ke book sale juga?”
“Iya,” jawab Dhila cuek karena
sudah takut tidak mendapatkan tempat book sale itu. Mana ponselnya mati total.
“Aku juga mau kesana tapi
tersesat. Kalau mau, kita bisa cari alamatnya sama-sama,” ajak Olih ramah dan
penuh ketulusan. Bukan apanya, dia juga tengah dirundung ketakutan.
Dhila tidak punya banyak waktu
untuk memikirkan ajakan cowok yang baru saja ditemuinya itu. Setelah berkenalan,
merekapun berangkat. Kembali mengadu keberanian.
____
Irna sudah berada di book sale. Menunggu
dengan penuh kekhawatiran akan kedua sepupunya yang belum juga tiba. Terlebih kepada
Dhila yang buta jalan. Semua salahnya, dia yang mengajak, dia pulalah yang
menelantarkan.
Alan juga kini sudah bertengger
gagah di buku-buku kesukaannya diapitnya buku dari karangan Nh Dini, Virginia
wolf, Ernest Hemigway dan Haruki Murakami. Dilihatnya jam di ponselnya, sudah
30 menit dia tiba, tapi kedua temannya belum.
Selang beberapa menit datanglah
Mamet dan Lia. Mamet langsung menemukan Alan yang sudah dihafalnya akan memakai
celana pendek dengan rambut kusut tak disisir. Mamet dan Alan yang berisik membuat
Irna menoleh dan mendapatkan Lia dengan pipi yang masih memerah. Merekapun
saling berkenalan.
Lalu terdengar suara Dhila yang
khas, cempreng dan besar meneriaki sepupunya yang sudah menelantarkannya.
Dengan bersimbah keringat, Olih dan Dhila menghampiri kerumunan Mamet dan ikut
berkenalan.
“Akhirnya bisa sampai juga kan
Dhil?” Tanya Irna sambil menahan tawa.
“Tuh kan Lih, lo juga bisa jadi
pahlawan yang menemukan jalannya,” lanjut Alan sambil meninju bahu Olih.
Seketika suasana akrab
menyelimuti mereka.
Tiba-tiba terdengar dari pengeras
suara, seorang cewek mengumumkan barang siapa saja yang ingin bergabung di
Lobaloid harap segera mengisi formulir. Mereka serasa dihipnotis oleh suara
yang aduhai itu, suara yang akhirnya mereka kenal dimiliki oleh cewek bernama
Iyut. Mereka semua saling pandang dan sama-sama melangkah menuju sumber suara
untuk mendaftarkan diri.
Hubungan mereka berlanjut di grup
whatsapp Lobaloid.
Mamet kini sering pergi ke pameran
vespa bersama Lia. Olih menghadiahkan Dhila sebuah peta. Irna masih sibuk
berurusan dengan Nyonyah. Alan sibuk menghabiskan bonus teleponnya untuk
menelpon teman-teman segrup akibat tak ada nomor telepon yang wajib
diteleponnya setiap waktu.
*Cerita ini hanya karangan saya semata. Untuk sekadar lucu-lucuan. harap untuk tidak tersinggung :p
**Cerita ini diikutsertakan dalam Lelang Buku Bayar Karya di Grup Lobaloid
Sepertinya saya bisa menebak tokoh-tokohnya :p namanya sama pula .______.
ReplyDeleteHaha, memang tantangannya harus pakai tokoh asli :p
ReplyDelete