Tuesday, 3 December 2013

Gara-Gara Lobaloid!




LOBALOID BOOK SALE

DISC. ALL ITEM

ALL BOOK YOU NEED, HERE!

Until your money empty!


Begitu selebaran yang didapatkan Irna selagi makan siang di luar kantornya. Disebelahnya terdengar si nyonyah -sebutan untuk bosnya- menyerocos tiada henti. Lebih banyak mengocehnya dibanding mengunyah, sampai-sampai Irna kenyang duluan. 

“Seminggu saja makan bersama si nyonyah, program dietku untuk natalan nanti pasti sukses,” ucap Irna dalam hati dengan wajah sendu namun hati riang.

Sementara si nyonyah sibuk membuka lembaran-lembaran hasil audit, Irna malah asyik menyebar luaskan berita book sale tersebut ke teman-temannya sesama pecinta buku. Terutama kepada kedua sepupunya yang melulu minta ditanggung biaya bukunya oleh Irna, yaitu Dhila dan Lia. Sepakat, akhirnya mereka janjian untuk pergi memborong buku keesokan harinya.
___

Dhila, Lia, kalian pergi duluan deh. Nanti aku nyusul. Si nyonyah ribet nih √

Begitu pesan yang dikirim Irna ke kedua sepupunya melalui whatsapp. Sementara itu, Irna memutar otak, bagaimana cara mengelabui si nyonyah agar bisa sesegera mungkin keluar dari kantor. Disela lamunannya ponselnya berbunyi, pesan dari Dhila.

Yah, Kak Ir. Aku pergi sendiri dong. Lia berangkat dari kampusnya. Kamu tahu sendiri kan kak, aku buta jalan :( √ 

Jangan bawel, belajar sendiri. Nggak apa-apa tersesat di jalan, asal jangan di hatinya aja.

Kak Ir….. :(

Irna mengacuhkan pesan Dhila dan berharap ada pangeran yang segera datang menemukannya sambil membawa peta. 
 
“Ah, aku taruh saja tas ini di resepsionis, nanti aku pura-pura ke toilet. Nah, si nyonyah pasti nggak bakal sadar kalau aku sudah kabur. Dengan adanya tas yang kusimpan terlebih dahulu, kepergianku tentu tidak mencolok,” irna lagi-lagi berkata kepada dirinya sendiri, kali ini dia mendapatkan ide cemerlang.
___

Dhila kelabakan di kamarnya sehabis menerima pesan dari sepupunya yang semena-mena itu. Mau melawan, takut nanti biaya perburuan bukunya di book sale terancam ditiadakan. Maka dengan berbesar hati, dia mencoba peruntungannya menyambangi tempat book sale tersebut diadakan.
___

Di kantin kampusnya Lia membalas pesan dari sepupunya Irna.

Okeh, Kak Ir. Aku berangkstnua dari kampus yah. Mungkon agsk sorwan.

Lia baru menyadari ketika tanda centang di ponselnya terbentuk. Ada banyak typo disana. Sudah beberapa kali dia mengajar jempolnya untuk tidak typo, tapi tetap saja jempolnya membangkang. Dia sudah akan menduga ditertawai habis-habisan oleh sepupunya itu.

Lia, typomu itu loh. *Puk-puk jempolnya pake stick golf

Lia yang menerima pesan itu hanya manyun. Lebih memilih untuk tidak membalsnya, dikarenakan akan takut typo untuk kesekian kalinya.

Setelah membayar makanannya, Lia pun bergegas menuju tempat book sale.

***
Di belahan tempat lainnya. Kaum lelaki yang pecinta buku juga sedang rusuh. Olih yang merupakan teman dari Irna menerima pesan akan book sale darinya dan mengajak dua temannya yang walaupun lelaki ternyata menyukai diskonan melebihi kaum perempuan.

Mamet, besok lo nggak ada kerjaan kan? Kita ke book sale yang diadakan Lobaloid yuk. Gue juga sudah ngajak Mas Alan. √


Yoi, gue lagi kosong kok. Emang, Mas Alan udah setuju mau ikut? √


Mas Alan mah, diajak kemana aja okeh √


Asal jangan ke masa lalu aja √


Hahaha √

Begitulah penggalan chat mereka. Mereka pun berangkat dari tempat masing-masing. Sebenarnya, Olih berharap Mamet berniat mengajaknya untuk pergi bersama menaiki vespanya. Tetapi, Mamet ada hal lain yang harus dikerjakannya terlebih dahulu. Padahal, jauh didalam lubuk hatinya dia sedang was-was. Kalau-kalau sampai dia tidak tahu jalan. Memang lelaki terkadang sering melupakan hal-hal kecil, tapi tidak seperti Olih, sampai-sampai jalan pun dia lupa. Asal jangan lupa cari pacar aja, pernah salah seorang temannya berceletuk seperti itu.
___

Mamet bersiul-siul sambil menenteng helmnya menuju halaman depan, Creamy – nama vespa kesayangannya – telah lama menunggu. Siap mengantarkan Tuannya. Dia sengaja berbohong kepada Olih, berharap temannya yang satu itu bisa mengahapal jalan, bukannya menghapal kejadian-kejadian masa lalunya saja. Dia hanya ada perlu sebentar di kampusnya, dan itu tidak memakan waktu lama seperti yang diutarakannya ke OLih.

Kini Mamet meluncur dengan gagahnya, dari earphone di telinganya mengalun lagu dari Siera Soetedjo, lagu kesukaannya. Hampir setiap dia mengendarai Creamy didengarkannya lagu itu.
___

Alan melirik jam dinding di kamarnya. Seperti kebiasaannya, dia menunggu lima menit sebelum waktu yang diancang-ancangnya keluar rumah, untuk mandi. Yah, waktu mandinya cuma lima menit. Kadang juga tidak mandi, jika air tidak mengalir. Tidak banyak ritual yang dia lakukan, dia mengambil jaket kebesarannya dan tas salempang berwarna merah – yang berlogokan arsenal, yang dia dapatkan dari membership ais – andalannya, kemudian berangkat.

***
Menurutmu, adakah yang kebetulan di muka bumi ini? Sepertinya tidak ada. Semua sudah diatur dengan apiknya oleh Tuhan. Pertemuan-pertemuan yang tidak disangka, tentulah ada maksud dikemudian hari. Entah nanti untuk kita kenang kembali, atau malah terlupakan begitu saja. Sepekah apakah kita memaknai sesuatu yang seringkali disebut kebetulan itu?

Mamet yang telah menyelesaikan urusannya, segera meluncur lagi dengan vespa kesayangannya. Dia terus melaju, kembali mendendangkan lagu kesukaannya sambil membayangkan ada gadis cantik yang berada diboncengannya saat ini. Saking asyiknya dia, sampai tidak melihat ada seorang perempuan yang hendak menyebrang jalan.

Perempuan itu adalah Lia. Kala itu dia sedang mendengarkan lagu rock kesayangannya pula, sampai tidak mendengar suara vespa yang katanya romantis itu. Entah dari segi apa suara vespa yang ribut itu dibilangnya romantis.

Mamet tiba-tiba mengerem vespanya dan hamper terjatuh. Lia berteriak histeris. Ban depan Creamy nyaris saja menyentuh lutut Lia. Alih-alih memarahi Mamet seperti yang biasa dilakukan perempuan-perempuan ketika hampir tetabrak, Lia malah tersenyum berbahagia. Dia menghampiri Mamet yang kini sudah salah tinggah. Antara merasa takut kalau-kalau Lia lecet dan merasa heran karena dihampiri dengan senyum sumringah.

“Kak, vespanya keren. Aku suka vespa loh. Aku Lia,” kata Lia ceria sambil mengulurkan tangan.
“Eh, iya. Saya Mamet,” balas Mamet masih dengan tampang tidak mengertinya.
“Namanya Creamy. Eh, kamu mau kemana? Kalau searah, yuk kita barengan aja. Hitung-hitung minta maaf karena nyaris menabrakmu,” ajak Mamet.

Lia tampak menimang-nimang. Sebagai perempuan, tentulah harus jual mahal sedikit, apalagi dengan orang baru dikenalnya. Tapi, raut wajahnya tidak bisa berbohong, dia ingin sekali dibonceng dengan vespa, itu adalah cita-citanya sejak SMA.

“Ayok, naik aja.”
“Baiklah. Terima kasih kak.”
____

“Aduh dimana sih ini?” gerutu Dhila sambil memijit-mijit betisnya yang kesakitan. Kala itu sudah habis keberaniannya untuk melanjutkan perjalanan. Dia berhenti disebuah halte. Dia mengibas-ngibaskan brosur book sale karena tidak tahan panasnya matahari. Tanpa ditahunya, anak laki-laki disebelahnya juga tersesat. Olih yang melihat selebaran ditanganya, kini menghampirinya.

“Mau ke book sale juga?”
“Iya,” jawab Dhila cuek karena sudah takut tidak mendapatkan tempat book sale itu. Mana ponselnya mati total.
“Aku juga mau kesana tapi tersesat. Kalau mau, kita bisa cari alamatnya sama-sama,” ajak Olih ramah dan penuh ketulusan. Bukan apanya, dia juga tengah dirundung ketakutan.

Dhila tidak punya banyak waktu untuk memikirkan ajakan cowok yang baru saja ditemuinya itu. Setelah berkenalan, merekapun berangkat. Kembali mengadu keberanian.
____

Irna sudah berada di book sale. Menunggu dengan penuh kekhawatiran akan kedua sepupunya yang belum juga tiba. Terlebih kepada Dhila yang buta jalan. Semua salahnya, dia yang mengajak, dia pulalah yang menelantarkan.

Alan juga kini sudah bertengger gagah di buku-buku kesukaannya diapitnya buku dari karangan Nh Dini, Virginia wolf, Ernest Hemigway dan Haruki Murakami. Dilihatnya jam di ponselnya, sudah 30 menit dia tiba, tapi kedua temannya belum.

Selang beberapa menit datanglah Mamet dan Lia. Mamet langsung menemukan Alan yang sudah dihafalnya akan memakai celana pendek dengan rambut kusut tak disisir. Mamet dan Alan yang berisik membuat Irna menoleh dan mendapatkan Lia dengan pipi yang masih memerah. Merekapun saling berkenalan.

Lalu terdengar suara Dhila yang khas, cempreng dan besar meneriaki sepupunya yang sudah menelantarkannya. Dengan bersimbah keringat, Olih dan Dhila menghampiri kerumunan Mamet dan ikut berkenalan.

“Akhirnya bisa sampai juga kan Dhil?” Tanya Irna sambil menahan tawa.
“Tuh kan Lih, lo juga bisa jadi pahlawan yang menemukan jalannya,” lanjut Alan sambil meninju bahu Olih.

Seketika suasana akrab menyelimuti mereka.

Tiba-tiba terdengar dari pengeras suara, seorang cewek mengumumkan barang siapa saja yang ingin bergabung di Lobaloid harap segera mengisi formulir. Mereka serasa dihipnotis oleh suara yang aduhai itu, suara yang akhirnya mereka kenal dimiliki oleh cewek bernama Iyut. Mereka semua saling pandang dan sama-sama melangkah menuju sumber suara untuk mendaftarkan diri.

Hubungan mereka berlanjut di grup whatsapp Lobaloid.

Mamet kini sering pergi ke pameran vespa bersama Lia. Olih menghadiahkan Dhila sebuah peta. Irna masih sibuk berurusan dengan Nyonyah. Alan sibuk menghabiskan bonus teleponnya untuk menelpon teman-teman segrup akibat tak ada nomor telepon yang wajib diteleponnya setiap waktu.


*Cerita ini hanya karangan saya semata. Untuk sekadar lucu-lucuan. harap untuk tidak tersinggung :p
**Cerita ini diikutsertakan dalam Lelang Buku Bayar Karya di Grup Lobaloid

2 comments:

  1. Sepertinya saya bisa menebak tokoh-tokohnya :p namanya sama pula .______.

    ReplyDelete
  2. Haha, memang tantangannya harus pakai tokoh asli :p

    ReplyDelete