LE PETIT PRINCE
By Antoine de Saint-Exupery
PANGERAN CILIK
Diterjemahkan oleh Henri Chambert-Loir
Dengan ilustrasi oleh Antoine de
Saint-Exupery
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
120 hlm; 20 cm
Saya pernah melempar pertanyaan sekaligus pernyataan
seperti ini, “Buku apa yang menurut kalian bagus? Kalau saya adalah buku yang
membuat saya khawatir kalau-kalau bookmark saya habis.” (seperti gambar di atas)
Nah, kalimat saya tadi memang masih relatif sih.
Belum tentu bacaan yang bagus menurut saya, bagus pula menurut orang lain,
begitupun sebaliknya. Jika saya membaca buku dan menandainya sebanyak itu,
menandakan bahwa poin-poin yang dapat diambil dari buku tersebut (bisa saja)
sebanyak bookmark tersebut. Dan saya melakukannya pada buku ini.
Hampir semua isi dari buku ini memberikan pelajaran
yang sangat berharga yang bahkan hampir kita lupa karena terlalu sederhananya.
Memang terkadang, hal-hal kecil menjadi terabaikan, tapi malah dari situlah
sebuah pencerahan berasal. Ini adalah buku tentang anak-anak yang menjadi bahan
pelajaran untuk orang dewasa. Ketika saya membacanya, saya sampai mengulang
beberapa kali, hanya untuk meyakinkan kembali diri saya, sambil
mengangguk-angguk. Membacanya membuat saya menyadari, hidup saya ketika
beranjak dewasa mulai agak kaku dan membosankan, dan masih perlu belajar.
Buku ini menceritakan tentang petualangan Pangeran
kecil yang gagah berani, mengelilingi jagat raya untuk belajar. Mencari tahu
apa yang tidak pernah didapatkannya dari tempat tinggalnya. Bahwa memang kita
tidak akan mengetahui apa-apa jika tidak beranjak dari tempat kita dan mencari
tahu. Bahwa kita akan terus menerus berada ditempat membanggakan apa yang menjadi
miliki kita tanpa pernah tahu apa yang menjadi milik orang, sebagai acuan untuk
melangkah lebih maju.
Buku ini diceritakandari sudut pandang anak kecil,
yang pastilah kita ketahui bahwa pikiran dan imajinasi anak kecil sangatlah
liar namun jujur pun sangat tidak tertebak. Inilah yang membuat buku ini sangat
bagus dan membuat kita kembali berpikir (sebagai orang dewasa) untuk tidak
meremehkan hal kecil, tidak terlalu kaku dan terus belajar.
Saya akan menceritakan kisah perjalanan Pangeran
Cilik (yang sepertinya akan spoiler) dan kamu bisa belajar juga :
Kisah Pangeran Cilik berawal dari ketika ia akan
meninggalkan planetnya untuk dapat mengetahui apa-apa saja yang terjadi di
tempat lain. Kala itu ia hanya memiliki bunga mawar, tiga gunung berapi tetapi
Cuma satu yang aktif di planetnya. Bunga
mawarnya itu sungguh cerewet dan memerintahan banyak hal kepadanya, bahwa ia
harus disiram dan disiangi setiap hari. Apabila angin kencang, Pangeran Cilik
harus menungkupnya agar tidak tumbang. Sampai akhirnya Pangeran Cilik ingin
pergi, bunga itu berubah.
“Tentu saja aku mencintaimu, kau tidak mengetahuinya
karena kesalahanku sendiri. Tidak apa-apalah! Tetapi kamu juga sebodoh aku.
Cobalah berbahagia. Biarkan sungkup itu.aku tidak menghendkinya lagi.”
“Aku harus tahan dengan dua-tiga ekor ulat, kalau
ingin mengenal kupu-kupu. Konon begitu indah. Kalau tidak, siapa akan
berkunjung? Kamu akan jauh. Kalau binatang-binatang besar, aku tidak takut, aku
punya cakar.” (hlm 42)
Dari sini saya belajar, bahwa ketika kau mencintai apapun itu dengan tulus, suatu saat yang kau cintai akan mencintaimu pula,yang kau butuhkan hanya bersabar dan waktu yang tepat. Seperti Pangeran Cilik yang sangat mencintai satu-satunya bunga mawarnya.
Pangeran Cilik tiba di planet yang berisi seorang
pemabuk, yang membuatnya berpikir orang-orang dewasa amat ganjil sekali.
“Apa yang kau lakukan?”
“Aku minum.”
“Mengapa engkau minum?”
“Supaya lupa.”
“Melupakan apa?”
“Melupaka aku merasa malu.”
“Malu kenapa?”
“Malu karena minum.” (hlm 52)
Dan saya kembali mengangguk sambil tersenyum waktu membacanya, membayangkan kebingungan Pangeran Cilik. Benar saja, terkadang orang-orang (yang telah) dewasa mengetahui apa yang dilakukannya. Bahkan ketika mereka melakukan tindakan bodoh dan tidak baik, tetapi mereka akan tetap melakukannya dan bahkan menutupinya dengan hal bodoh lainnya.
Perjalanan selanjutnya Pangeran Cilik bertemu dengan
seseorang yang sangat sibuk, pebisnis. Ia menghabiskan waktunya hanya dengan
menghitung kekayaannya yang berupa bintang-bintang. Ia menjadi bungkan setelah
mendengar pernyataan Pangeran Cilik.
“Aku mempunyai sekuntum bunga yang kusirami setiap
hari. Aku mempunyai tiga gunung berapi yang kubersihkan setiap minggu. Aku juga
membersihkan yang sudah mati. Siapa tahu! Bagi bungaku dan bagi gunung-gunungku
ada gunanya aku memilikinya. Tetapi kau, tidak ada gunanya bagi
bintang-bintangmu…” (hlm 58)
Pelajaran lagi, bahwa jika kita meiliki sesuatu berpikirlah kembali, apa ia berguna untuk kita dan apakah kita berguna untuk ia? Dalam hidup, memang sudah sepantasnya ada simbiosis mutualisme, secara langsung atau tidak langsung.
Pangeran cilik mengarungi gurun pasir dan hanya
menemukan setangkai bunga.
“Di mana
manusia?”
“Manusia? Aku kira ada kira-kira enam atau tujuh
orang. Aku pernah melihat mereka beberapa tahun lalu. tetapi tidak pernah jelas
dapat dicari di mana. Mereka terbawa-bawa angin. Mereka tidak punya akar dan
sangat susah karena itu.” (hlm 76)
Yang ada dipikiran saya sih cuma, bahwa terkadang manusia tidak punya pendirian dan menyusahkan hidup mereka dengan terus memikirkan apa yang dikatakan oleh orang-orang disekitarnya.
Sampailah Pangeran Cilik di kebun yang penuh bunga mawar. Ia merasa kaget begitu melihat banyak bunga
mawar, dikiranya bunga mawar hanya satu, seperti yang ia punya di planetnya.
“Aku selama ini menganggap diri kaya dengan sekuntum
bunga tunggal, padahal aku hanya memiliki sebuah bunga mawar biasa serta tiga
gunung berapi yang hanya setinggi lututku, apalagi yang satu barangkali sudah
padam selama-lamanya, tidak menjadikan aku seorang pangeran yang begitu agung…”
(hlm 80)
Seperti yang saya bilang, kita hendaklah tidak berdiam diri dan terlalu bangga akan apa yang kita punya, sesekali keluar dan melihat perbandingan-perbandingan yang baik dan jadikan pelajaran untuk lebih maju.
Tetapi, pertemuan Pangeran Cilik dengan seekor rubah
yang dulunya liar dan kemudian memintanya untuk dijinakkan, membuatnya semakin
mengerti akan hidup dan apa yang menjadi miliknya. Dan (tentu saja) membuat
saya ikut berpikir ulang.
“Kalian sama sekali tidak sama dengan mawarku, kalian
belum apa-apa. Kalian belum dijinakkan oleh siapa pun, dan kalian belum
menjinakkan siapa pun. Kalian seperti rubahku dulu. Hanya seekor rubah yang
serupa dengan seratus ribu rubah lain. Tapi sudah kijadikan temanku, maka dia
satu-satunya di dunia.” (hlm 87)
Bahwa, ketika kita telah berhasil mempelajari sesuatu, lantas tidaklah melupakan apa yang telah menjadi milik kita, melainkan tetap bersyukur dan berusaha menjadikannya lebih baik. Ini juga berlaku dalam hubungan, belajar untuk setia, belajar untuk menghargai apa yang menjadi milik kita.
Orang dapat saja menangis sedikit, kalau sudah
dijinakkan… (hlm 101)
Kalimat ini mengingatkan saya bahwa mengapa ketika kepergian orang-orang terdekat kita, kita akan bersedih kemudian menangis. Karena mereka telah menjinakkan kita.
Dari hal-hal diatas, lantas apa yang membuat saya
untuk tidak menobatkan buku ini menjadi buku yang sangat berpengaruh dalam
hidup saya?
Saya menunggu Gramedia menerbitkannya dengan versi hardcover >.< Huhuhu buku sebagus ini sayang kalau dikoleksi cuma edisi paperbacknya u.u
ReplyDeleteThe Little Prince (Pangeran Cilik) Mau Dong?
ReplyDelete