Friday, 3 June 2011

Memori JAS HUJAN

Deras hujan yang turun. Aduh, aku tak bisa pulang dengan keadaan seperti ini. Aku lupa membawa payung saktiku, payung yang bergaris-garis coklat-merah, yang bisa dilipat dua. Ingin rasanya menerobos hujan ini, hujan ini terlalu indah untuk tidak diterobos. Tapi sayangnya aku sedang tidak enak badan, FLU teman baik si hujan.

Aku benar-benar berharap seseorang memberikan tumpangannya. Menanti. Layaknya seorang putri yang sedang menunggu pangeran berkuda untuk menolongnya. Heheheh.

Lima belas menit sudah berlalu. Hujan ini tak mau redah, coba kalau aku sedang bersemedi di kamarku, aku juga tak ingin hujan ini berhenti. Tapi ooh, aku benar-benar ingin pulang. Tiba-tiba ponselku bergetar, tanda pesan masuk.
Pesan dari seseorang yang benar-benar tak terduga. Pesan dari seseorang yang sebenarnya diam-diam aku nantikan. Ya, dia menawari tumpangan, sepertinya ada kontak batin. Dia tahu kalau aku tengah membutuhkan ini, walau sebenarnya mungkin Cuma kebetulan dan sekedar basa-basi. Namun dia sedikit minder, katanya, dia hanya bermodalkan jas hujan dan motornya.

Kenapa tidak ? ini benar-benar kesempatan langkah. Salahkah aku yang ingin memanfaatkannya?. Sepertinya bakal menyenangkan. Aku hanya ingin memanfaatkan kesempatan dekat dengannya. Aku tak sabar melewati moment ini. Aku cepat-cepat mereplay pesannnya dan mengatakan iya.

Itu dia, aku sangat mengenalnya bahkan dari jauh. Dia memakai jas hujan coklatnya. Sebentar lagi aku juga berada didalam jas hujan coklat itu. Ahh, sepertinya pipiku memerah membayangkan itu semua. Senang.

Diatas motor hitam hitam ini, dibawah jas hujan coklat ini. Aku merasakan kedekatan yang lebih dengan lelaki ini. Untuk pertama kalinya. Bibirku tak hentinya menyunggingkan senyum lebar. Satu jas hujan berdua. Hahaha. Terasa hangat didalam jas hujan ini. Jas hujan inikah yang membuat hangat atau Cuma perasaanku saja yang menghangat berada dalam jarak sedekat ini dengan lelaki ini ? ohh Tuhan, ini benar-benar konyol.

Aku merasa jadi putri, seperti berada didalam kereta kencana, jas hujan ini sebagai pelindung, motor hitam ini sebagai kuda hitamnya, dan lelaki ini sebagai pangerannya. Konyol sekali bukan ? aku tengah berimajinasi, dan lagi-lagi senyum tak henti merekah. Sepertinya dia merasakan aku tengah tersenyum karena aku merapatkan kepalaku dipundaknya. Ahh, biarlah. Biar dia tahu aku senang akan semua ini.

Saat seperti ini, aku ingin rumahku berpindah tempat ke negeri antah berantah, biar tak pernah ketemu. Dan aku masih bisa menikmati berada didalam jas hujan ini lebih lama. Tapi saying itu imajinasi yang sangat tinggi. Sudah sampai didepan rumahku.

“terimakasih atas tumpangannya”. Hanya itu yang bisa ku katakan. Aku tak mau berada lama-lama didepannya. Itu hanya akan membuatku terlihat sangat konyol, dengan pipi memerah.
“sama-sama”. Hanya itu juga yang bisa diucapkannya. Sepertinya dia tengah mengalami hal yang sama denganku. Tak ingin berlama-lama didepanku, dan terlihat konyol. Karena aku bisa melihat dari raut wajahnya yang biasanya jutek, kini tengah berbinar.


Dalam langkahku memasuki rumah. Aku tengah berdoa semoga akan tercipta memori jas hujan dihari-hari yang lain dengannya.

2 comments:

  1. ndg ada memori helm bittitanmuw..???

    ReplyDelete
  2. hahahaa,,, nanti saya buat kan khusus untuk anda kanda :p

    ReplyDelete