Aku benar-benar benci menunggunya seperti ini. Menunggunya lebih lama daripada menunggu pagi. Dia benar-benar membuatku gelisah, benar-benar gelisah.
Hanya sekedar memandangi ponselku yang tak kunjung menyala akibat adanya pesan singkat atau panggilan masuk, yang tak kunjung bergetar akibat adanya pesan singkat, yang tak kunjung bernyanyi akibat adanya telefon. Dia lagi-lagi membuatku gelisah.
Dia sedang apa sih ? sebegitu sibuknya kah tanpa enggan beranjak dari apa yang tengah digelutinya untuk sekedar memencet tombol ponselnya dan mengirimiku sepatah dua kata ? ahh, lagi-lagi aku benci menunggu dia melakukan hal itu, sama saja dengan menunggu berat badanku yang tak kunjung turun. Membuat moodku menjadi hilang. Dia benar-benar membuat dadaku sesak. Yaa aku bahkan tahu dia tengah sibuk, tapi tak ada kompromi dengan si rindu. Aku hanya rindu, kangen.
Namun disaat mood tengah krisis-krisisnya, dia baru muncul dengan gaya seakan-akan tak membuat suatu kesalahan, telah membuatku menunggu. Rasanya ingin bersikap apatais saja, menyuekinya, tapi kau tahu ? itu tak akan mengembalikan moodku, tak akan membuatku senang seakan berhasil telah menyuekinya. Itu hanya akan membuatku semakin gelisah. Lagi-lagi tindakan tolol bin konyol. Otakmu tak akan menerima aura positif jika kau tengah tersiksa akibat rindu. Hahaha.
Yaa,, itu hanya segelintir sikap penolakan. Aku tengah amat merindukannya tapi dia malah seperti itu, benar-benar tidak adil. Aku bukannya benar-benar membencinya, aku hanya amat rindu, tak sabar ingin menemuinya. Waktu memang selalu terasa lama bagi yang tengah menunggu. Dan itu benar-benar membuatku gelisah, menunggu esok, menunggu bertemu dirinya. Tapi bagaimana dengan if tomorrow never comes ? yaa, setidaknya dia tahu aku selalu menunggu untuk bertemu dirinya, dengan membaca tulisan ku ini.
No comments:
Post a Comment