Friday 17 February 2017

Aman Dalam Rasa Takut

Saya selalu merasa aman bersama orang yang masih mempunyai rasa takut. Kenapa? Bukannya kalau takut identik dengan lemah dan tidak berani? Kenapa kita selalu berpikir kearah yang negatif dan melupakan bahwa semua akan baik-baik saja ketika kita berpikir positif? Mungkin ada yang bertanya dan berpendapat seperti itu.

Iyah, saya merasa aman karena orang-orang yang masih mempunyai rasa takut itu akan berpikir dua kali untuk melakukan kesalahan, walau kesalahanlah yang membuat kita tahu arti dari kebenaran. Ini seperti kejadian yang dialami oleh supir yang angkotnya saya tumpangi tadi. Loh, apa hubungannya?

Saya adalah penggemar angkot, walau kadang uring-uringan juga kalau harus menunggu lama. Kalau di dalam angkot, saya memilih duduk di bagian ujung paling dalam. Kenapa? Karena saya bisa leluasa mengamati semua penumpang, salah satunya untuk bahan tulisan, sifat dan sikap mereka bisa dijadikan karakter tokoh dalam cerita.

Nah kembali keperistiwa supir angkot, dia tidak bersitegang ketika salah satu penumpangnya membayar dengan harga yang tidak layak. Dia sempat menggerutu sehingga penumpang tahu keadaannya dan berkata bahwa kenapa tidak memintanya saja, tapi apa yang dikatakan oleh supir angkot tadi sebagai jawabannya, “saya kenal orangnya Bu, dia orangnya emosional dan bertindak sesukanya, nanti kalau saya tagih malah marah.”

Saya berkesimpulan bahwa supir tadi takut bukan karena tidak berani melawan ketika nantinya bapak itu marah, toh yang dia minta haknya, melainkan dia takut karena tidak ingin terjadi hal-hal yang dapat meresahkan penumpang lainnya.

Tidak lama, seorang pengendara motor menyalip angkot yang saya tumpangi dengan kecepatan yang sangat tinggi. Pak supir tadi kembali bersuara, “Anak muda zaman sekarang, tidak takut mati yah. Selalu merasa hebat tanpa berpikir tindakannya itu meresahkan orang lain.”

Kembali saya merasa aman dibawah kendali supir ini. Menurut saya, dengan berceloteh seperti tadi, supir ini takut akan hal-hal yang mungkin terjadi saat berkendara sehingga lebih hati-hati dalam mengendarai mobilnya. Kami para penumpangpun keselamatannya terjamin.

Jadi, yang menjadi pelajaran buat saya dalam hal ini, takut bukan berarti lemah melainkan dapat membuat orang lain merasa aman. Dalam situasi tertentu, kita semestinya memelihara perasaan takut.

Diantara semua perasaan takut dan cemas yang kita rasakan, kita harusnya selalu merasa takut kepada Allah SWT, dan kalau semua orang-orang memiliki rasa takut itu, bukan hanya saat berkendara tetapi semua interaksi akan aman. Semua akan merasa aman.

3 comments:

  1. "Takut bukan berarti lemah melainkan dapat membuat orang lain merasa aman" suka kutipan tulisan ini!

    ReplyDelete
  2. Dalamnya tulisannya kak Dani :')

    ReplyDelete
  3. Kelihatan kalau Dhani banyak membaca. Termasuk membaca manusia.

    ReplyDelete