Saya selalu merasa aman bersama orang yang masih mempunyai
rasa takut. Kenapa? Bukannya kalau takut identik dengan lemah dan tidak berani?
Kenapa kita selalu berpikir kearah yang negatif dan melupakan bahwa semua akan
baik-baik saja ketika kita berpikir positif? Mungkin ada yang bertanya dan
berpendapat seperti itu.
Iyah, saya merasa aman karena orang-orang yang masih
mempunyai rasa takut itu akan berpikir dua kali untuk melakukan kesalahan, walau
kesalahanlah yang membuat kita tahu arti dari kebenaran. Ini seperti kejadian
yang dialami oleh supir yang angkotnya saya tumpangi tadi. Loh, apa
hubungannya?
Saya adalah penggemar angkot, walau kadang uring-uringan
juga kalau harus menunggu lama. Kalau di dalam angkot, saya memilih duduk di
bagian ujung paling dalam. Kenapa? Karena saya bisa leluasa mengamati semua
penumpang, salah satunya untuk bahan tulisan, sifat dan sikap mereka bisa dijadikan
karakter tokoh dalam cerita.
Nah kembali keperistiwa supir angkot, dia tidak bersitegang
ketika salah satu penumpangnya membayar dengan harga yang tidak layak. Dia
sempat menggerutu sehingga penumpang tahu keadaannya dan berkata bahwa kenapa
tidak memintanya saja, tapi apa yang dikatakan oleh supir angkot tadi sebagai jawabannya,
“saya kenal orangnya Bu, dia orangnya emosional dan bertindak sesukanya, nanti
kalau saya tagih malah marah.”
Saya berkesimpulan bahwa supir tadi takut bukan karena tidak
berani melawan ketika nantinya bapak itu marah, toh yang dia minta haknya,
melainkan dia takut karena tidak ingin terjadi hal-hal yang dapat meresahkan
penumpang lainnya.
Tidak lama, seorang pengendara motor menyalip angkot yang
saya tumpangi dengan kecepatan yang sangat tinggi. Pak supir tadi kembali
bersuara, “Anak muda zaman sekarang, tidak takut mati yah. Selalu merasa hebat
tanpa berpikir tindakannya itu meresahkan orang lain.”
Kembali saya merasa aman dibawah kendali supir ini. Menurut
saya, dengan berceloteh seperti tadi, supir ini takut akan hal-hal yang mungkin
terjadi saat berkendara sehingga lebih hati-hati dalam mengendarai mobilnya. Kami
para penumpangpun keselamatannya terjamin.
Jadi, yang menjadi pelajaran buat saya dalam hal ini, takut
bukan berarti lemah melainkan dapat membuat orang lain merasa aman. Dalam
situasi tertentu, kita semestinya memelihara perasaan takut.
Diantara semua perasaan takut dan cemas yang kita rasakan,
kita harusnya selalu merasa takut kepada Allah SWT, dan kalau semua orang-orang
memiliki rasa takut itu, bukan hanya saat berkendara tetapi semua interaksi
akan aman. Semua akan merasa aman.
"Takut bukan berarti lemah melainkan dapat membuat orang lain merasa aman" suka kutipan tulisan ini!
ReplyDeleteDalamnya tulisannya kak Dani :')
ReplyDeleteKelihatan kalau Dhani banyak membaca. Termasuk membaca manusia.
ReplyDelete