Tuesday 27 September 2016

Sadar Penuh Hadir Utuh; Diamlah Untuk Terus Hadir



Merasa yang menjadi bacaan saya selama ini hanya fiksi, saya mencoba membaca di luar itu. Saya meminjam buku ini dari salah satu teman saya yang genre bacaannya hampir semuanya mengenai hidup, motivasi sampai bisnis, dan saya merasa tertantang untuk membaca bacaannya.

Merasa akhir-akhir ini saya entah berada di jalur mana, buku mengenai hidup dan diri sendiri sepertinya cocok untuk menjadi bacaan saya. Berharap buku Sadar Penuh Hadir Utuh ini membuat saya setidaknya diam, diam di tempat menikmati hidup.

Pernah tidak, kamu merasa begitu bahagia menjadi tempat curhat temanmu yang punya masalah, lalu berpikir karena kata-katamu mampu membuatnya tenang?

Pernah tidak, kamu merasa harus cepat menyelesaikan sesuatu karena takut membuang-buang waktumu sementara masih banyak yang harus kamu lakukan?

Pernah tidak kamu merasa sangat bahagia mendengar orang bercerita dan oleh karenanya kamu menjadi suka dengannya?

Pernah tidak kamu memikirkan seseorang, lalu merasa hatimu melunak?

Seringkah kamu bertanya, “kapan?” lalu membuatmu menjadi tidak sabar?

Ya, ya, ya, ya, dan ya adalah jawaban saya.

Membaca buku ini membuat saya menertawakan semua kebiasaan saya. Bahkan ada satu bab dimana membahas tentang Membaca Buku adalah Kemewahan dan Mindfull Eating yang sangat menohok saya sebagai yang mengaku suka sekali membaca dan makan. Di sini dituliskan membaca dengan tenang tanpa ada gangguan lain, cobalah membaca yang sekadar membaca tidak ada yang lain. Sementara saya selalu membaca ditemani bunyi notofikasi sosmed dan juga televisi.

Sudahkah kamu makan dengan perlahan dan kesadaran penuh? Atau selama ini lebih sering makan sambil menyesali masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan? – hlm 55

Di sini ada tantangan untuk makan hanya sekadar makan, tidak sambil nonton tv, main gadget atau bahkan baca buku. Sementara sewaktu membaca ini saya lagi ngemil. Hahaha.

Didua contoh, saya ternyata tidak benar-benar sadar untuk hadir secara utuh membaca buku dan makan. Mungkin kalau buku dan makanan itu bisa bicara, dia akan mengatakan kamu pilih saya atau dia?

Yah, hampir semua isi buku ini menohok saya. Yah, saya memang lagi mencari sesuatu untuk menohok saya. Kutipan-kutipan di bawah ini menjadi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas:

Bagaimana kita bisa mendengarkan dengan baik jika saat mendengarkan kita sudah menyiapkan rancangan di pikiran untuk jawaban yang menghasilkan pujian? – hlm 8

Ternyata, cepat tidaklah selalu baik. Sebaliknya, memperlambat atau bahkan berhenti sejenak juga bukan selalu bentuk “buang-buang waku”. – hlm 62

Cerita mampu membuat kita suka. Dan rasa suka menjadikan kita lebih mudah percaya. – hlm 143
Saat hati menjadi lembut, kita merasa setiap detik adalah anugerah terindah yang pantasnya kita rayakan dengan peuh syukur. Luangkanlah waktu, setiap hari, sejenak dalam diam hening untuk mengamati apapun yang terjadi, menerima, bukan mengubah apa yang sudah terjadi. – hlm 170

Percayalah bahwa setiap orang akan menerima jawaban atas segala pertanyaan yang dicari di tengah waktu yang tak pernah lelah berlalu dan mungkin di saat yang tidak terduga. – hlm 205

Disetiap babnya, kamu akan banyak mendapati kalimat sadarilah penuh hadir utuh dan bernapas dengan baik, itu membuat saya benar-benar nyaman membaca buku ini. Pernah juga saya membaca tapi lupa di mana, bahwa sekarang ini kita sudah lupa bagaimana bernapas dengan benar. Bernapas dengan benar adalah menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya, coba lakukan itu setidaknya 2-5 menit dan rasakan manfaatnya. 

Kesimpulan yang saya ambil, mulai saat ini sadarilah penuh hadir utuhmu disetiap apapun yang kamu lakukan. Makan dengan hanya melakukan aktifitas makan, begitupun membaca buku, minum kopi, mendengarkan sahabat berbicara, karena kamu akan benar-benar merasakan makanan yang kamu makan, pahitnya kopi yang kamu minum, makna buku yang kamu baca, merasakan emosi sahabatmu yang curhat. Dengan itu,  maka kamu akan benar-benar merasakan yang namanya merayakan hidup. Merayakan hidup saat ini, dengan tidak mengingat masa lalu juga mengkhawatirkan masa depan.

Kadang kita perlu duduk sejenak merangkul diam, tidak terperangkap masa lalu, tidak juga mengembara ke masa depan.

Ketika saya sampai di halaman terakhir buku, saya mendapatkan ini:



Buku ini kemudian masuk dalam daftar buku yang harus saya baca berkali-kali dengan resiko berkali-kali minjem karena memang awalnya cuma pinjaman. Eh malah dikasih. Hihi. Kejutan! Terima kasih banyak!


Kenangan yang terkandung dalam suatu bendalah yang membuatnya lebih berharga. Cerita yang terjalin dalam suatu hubunganlah yang menjadikannya lebih mampu menciptakan bahagia – hlm 141


Sadar Penuh Hadir Utuh
Penulis: Adjie Silarus
Penyunting: Fatya Permata Anbiya
Cetakan kelima, 2016
Penerbit Transmedia Pustaka
xxiv + 270 hlm; 14 x 20 cm
ISBN: (13) 978-602-1036-12-9

1 comment:

  1. Wajib baca nih, keren reviewnya. Boleh pinjam gak? #ujungujungnyaminjem 😁

    ReplyDelete