Thursday 12 November 2015

Bapak – Karena laki-laki mengutarakan sayang dengan perbuatan –


 
Selama setahun (lebih) ini, karena satu keadaan membuat saya selalu bersama-sama Bapak dan ini membuat saya merasa kembali menjadi anak tunggal- seperti sebelum adik-adik saya lahir – yeyeye sekaligus ibu rumah tangga – sambil belajar lah.

Karena tidak ada yang namanya kbetulan, saya menyebut ini semua sebagai cara dari Tuhan dan Bapak sendiri membantu saya memantaskan diri, tttssssaelaah. Kenapa? Kita simak sama-sama beberapa hal sepele yang terjadi, yang baru belakangan saya sadari maknanya. Hal sepele yang semoga saja bisa menginspirasi.


Bapak, seseorang yang paling awal memarahimu tapi paling mendukungmu di akhir.


Bapak saya sering kali geleng-geleng kepala karena hampir setiap hari saya minum kopi, tidak jarang dua kali sehari, ya sebagai teman saya membaca buku dan blogwalking sampai larut malam. Tapi suatu hari saya mendapati kopi sachet kesukaan saya nangkring di tempat saya biasanya menyimpan kopi berjumlah satu tim pemain sepak bola ditambah empat orang cadangan.


Saya: “Atta – panggilan saya untuk Bapak – kenapa ada banyak kopi?”
Atta: “Iya, Atta yang beli.”
Saya: “Kok? Perasaan, saya dilarang-larang terus minum kopi, ini malah beli banyak kopi.”
Atta: “Habis mau bagaimana, anak saya suka.”
Saya: *merah pipinya*


Ini hanya satu contoh dari sekian larang-larangan Bapak selama ini yang akhirnya dia setujui demi kesenangan anaknya.


Bapak, membuatmu mengerti tanggung jawab dengan percaya.


 Saya ada tugas keluar kota. Biasalah yah, apalagi yang paling ditunggu-tunggu dari orang yang keluar kota? Yep, oleh-oleh. Bapak meminta saya membelikannya oleh-oleh berupa baju. Saya belum pernah membelikannya baju tanpa diikuti oleh beliau.
(ditelepon)


Saya: “Tapi nanti Atta tidak suka.”
Atta: “Beli saja dulu, kan dari situ Atta bisa lihat seperti apa pilihan kamu, nanti saya lihat lulus atau tidak.”


Beliau mengatakan itu sambil tertawa-tawa, tapi saya merasa tegang karena saya anggap itu tantangan. Dan dari situ pikiran saya merambah ke, kalau pilih baju untuk beliau saja saya tidak bisa dan beliau tidak suka, bagaimana cara saya membuat beliau suka dan percaya akan pilihan-pilihan saya selanjutnya?


Bapak, memberikanmu pelajaran dengan pengalaman.


Sebelum pindah dan kerja di kota yang sama dengan Bapak, yang namanya masak sangat jarang apalagi masak untuk orang lain. Kalau untuk lidah sendiri sih, enak nggak enak dimakan dengan sukarela dan sukacita, hehe. Ibu tidak pernah memperbolehkan masak, hanya sekadar membantu mengupas ini itu.

Sekarang, harus bangun subuh-subuh untuk memasak sebelum ke kantor karena beliau maunya makan siang di rumah. Harus belajar memasak yang bukan hanya tempe, tahu, telur dan ikan yang tinggal digoreng sudah enak. Harus memikirkan mau masak apalagi besok biar menu makanannya bukan itu-itu saja. 

Intinya saya banyak belajar untuk hidup sekarang, dan masa depan, juga akhirnya belajar mengerti bagaimana capeknya ibu bekerja.

Nah itu tadi beberapa hal yang Bapak ajarkan lewat hal-hal sepele. Kamu pasti juga punya hal-hal sepele yang bermakna besar jika kamu mau lebih memaknainya. Itu juga kenapa anak perempuan akan suka kepada laki-laki yang lebih baik daripada bapaknya atau yah, setara dengan bapaknya.


Anyway, saya membuat ini karena ingin ikut serta merayakan Hari Ayah.

Selamat Hari Ayah, Atta.

1 comment: