Tuesday 6 October 2015

Hijab Ternyaman

Wah, ini pertama kalinya saya membahas hijab (sekarang ini) dulunya saya sering bilangnya jilbab. Em, kali pertama saya menggunakan jilbab itu saat masuk Sekolah Menengah Atas dan itu karena PerDa! iya, Peraturan Daerah. Bagi yang berdomisili di Sulawesi Selatan, ini sudah tidak kaget yah. Peraturan Daerah ini berlaku sejak tahun 2005. Anak remaja berusia lima belas tahun seperti saya tentu ada pemberontakan mengenai peraturan daerah itu dengan alasan belum siaplah, masih kecil lah. Tapi buat apa boleh, kita pakai jilbab ke sekolah pada akhirnya dengan sedikit pemberontakan tetap tidak memakai jilbab saat di luar sekolah. Jadi malu kalau ingat dulu.

Waktu itu saya yang memang pertama kalinya memakai jilbab tidak tahu menahu cara memakainya, alhasil setiap subuh saya harus membangunkan Ibu saya untuk memakaikan jilbab. Di sekolah pun saat waktu shalat, saya berwudhunya tidak melepas jilbab karena takut tidak bisa memasangnya kembali. Kadang saya menangis di pagi hari ketika cara Ibu saya memakaikannya tidak sesuai keinginan saya. Pada akhirnya saya memilih jilbab yang langsung pakai ke sekolah, tapi tidak berlangsung lama karena pihak sekolah melarang, tidak formal katanya. Hahaha tuh kan pipi saya mulai merah.

Tapi lama kelamaan, seiring naiknya tingkatan kelas, keterampilan memakai jilbab sendiri ke sekolah menjadi mahir. Di luar sekolah pun, jika berangkat kursus sudah mulai memakai jilbab, walau kalau bertandang ke rumah teman masih belum. Istilahnya dulu, sedikit-sedikit, ala bisa karena biasa.

Ini jilbab langsung pakai yang menjadi andalan saya dulu, simpel. Hahaha
(saya: ketiga dari kanan)

Waktu semester-semestar awal di dunia perkuliahan saya memutuskan untuk tetap memakai jilbab saya. Sebenarnya bukan sepenuhnya keinginan sendiri, tapi karena di suruh sama Bapak, hehe. Tapi percayalah, paksaan itu kadang berbuah baik. Kalau saja dulu tidak dipaksa, mungkin proses memakai jilbab masih agak panjang, hehe. Sewaktu kuliah gaya berjilbab saya masih sama, masih dengan kain segi empat. Simpel, karena saya orangnya tidak suka bercermin, kalau pakai jilbab yang ribet, sedikit-sedikit bercermin untuk memperbaiki jilbab (begitu yang sering teman-teman saya lakukan, hihi)

Mungkin karena saya mengambil jurusan yang lebih banyak berinteraksi di lapangan, jadi pakaian harus sesimpel mungkin untuk mudah bergerak. Tapi memang model jilbab seperti itu yang sangat nyaman saya pakai, dalam sehari bisa aman tanpa miring kanan dan kiri, hehe. Nah saat kuliah inilah saya terus menerus memakai jilbab meski itu keluar rumah, dan alhamdulillah sampai sekarang.

Sekarangnsetelah tamat kuliah dan mulai bekerja, model jilbab saya sama saja. Yah, tetap itu tadi karena saya memnyukai kesimpelan dan didukung oleh kerja saya yang lebih banyak berada di lapangan.
Gaya berjilbab sesimpel ini membuat saya bebas mengelilingi tambak
walau angin menerpa dan panas menerjang *halah

Walau yah, saya juga kadang-kadang biasa memakai jilbab yang berpentul dan berlilit seribu karena disesuaikan dengan acara, misal ke pengantin atau pesta-pesta lainnya.


Tapi tetap yah, gaya berjilbab yang nyaman di hati saya adalah
Yeah, dari seribu gaya jilbab, gaya ini yang paling nyaman.
Intinya sih yah, kembali tergantung dari individu masing-masing. Kalau saya berjilbab yang nyaman adalah yang tidak membuat saya bolak-balik bercermin memastikan jilbab saya rapi atau tidak, lalu menghambat pergerakan saya, hehe. Tidak menutup kemungkinan mereka yang  jilbabnya dimodel sedemikian rupa tidak membawa kenyamanan bagi mereka, yang penting tetap instiqamah yah ^^

Tulisan ini diikut sertakan pada GA yang dibuat oleh Mbak Ruli, klik di sini kalau kamu mau ikutan dan share cara berjilbab yang nyaman bagi kamu ;)

4 comments:

  1. Emang ada PerDa pakai jilbab tahun 2005 Dhan?! :O Di Makassar tidak diberlakukan syukurlah~

    ReplyDelete
  2. Ah jadi pengen pake hijab, eh maksudnya jadi pengen dapetin yg berhijab, eh.

    ReplyDelete
  3. makasih ya sudah berpartisipasi

    ReplyDelete
  4. Iya sih. Ribet juga kalua bercermin melulu.

    ReplyDelete