Yeay, akhirnya email yang ditunggu-tunggu masuk. Meski lewat
sehari dari jadwal pengumuman yang disebar.
Pengantar Mbak Dee sebelum masuk ke inti acara adalah, “Sebenarnya
kalian ini adalah kelinci percobaan saya dalam menulis.” Seisi ruangan pun
gaduh. “Eits, kalian tidak bisa lari lagi,” sambungnya.
Kelinci percobaan di sini yang dimaksudnya adalah dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan lewat surel dan secara langsung
sebenarnya juga membuat beliau sendiri belajar, menggali lagi apa yang mesti
dia lakukan untuk menulis.
Sebenarnya inti dari mengikuti pelatihan ini sama saja
halnya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan menulis lainnya, yaitu menemukan
bagaimana cara menulis yang baik. Pertanyaan-pertanyaan kamipun banyak yang sama.
Tapi tetap saja berbeda, lain penulis lain ritual. Dan karena saya sangat
menyukai mbak Dee dan karya-karyanya, maka saya ikut.
Puisi-puisi, lagu, cerpen bahkan novel Mbak Dee laris manis.
Ada yang menanyakan apa/siapa sih yang menjadi inspirasi? Beliau menjawab,
bukan siapa-siapa. Beliau menjawab, hidup. Hidup ini sendirilah yang memberikan
belaiu inspirasi dalam menulis, semua yang terjadi bisa menjadi inspirasinya.
Lalu, menulis dimulai dari mana? Insprasi banyak, ide banyak
tetapi terkadang kita malah tidak tahu apa yang seharusya ingin ditulis. Beliau
berkata, “Saya menulis apa yang ingin saya baca.” Jadi tulislah apa yang kamu
sukai. Kalau mengenai ide, tulis dikertas sehingga kita tahu ide itu berapa
banyak. Tidak ada ide yang salah, cuma bagaimana kita mengolahnya.
Saya akan menuliskan hal yang paling saya sukai selama
acara.
“Ide adalah abstrak yang mencari jodoh untuk menjadi nyata. Kalau kamu jodohnya, dia akan merasa senang dan akan memanggil teman-temannya untuk mendatangimu.”
Penjelasan Mbak Dee yang ini membuat saya tersenyum puas.
Benar sekali, terkadang kita menyalahkan ide saat kita mandek dalam menulis,
kita selalu mengatakan bahwa ide tiba-tiba hilang dari kepala. Padahal, kita
sendiri tidak membuat ide itu merasa nyaman untuk tinggal.
Siapa-siapa yang disukai ide
- Berpikir kreatif
- Pengamat yang baik dan peka
- Disiplin
“Jadilah kandidat yang menyenangkan bagi ide.”
Yah, secara garis besar seperti itulah. Masih banyak sih di
buku catatan, hahaha. Pokoknya saya senang sekali ikut Dee’s coaching clinic
ini, selain mengetahui cara Mbak Dee menulis juga berkesempatan foto bareng dan
minta tanda tangan. Huhuhu. Saya bawa satu tas buku!
Dee’s Coaching Clinic ini adalah pre-event dari Makassar
International Writers Festival 2015. Bagi yang belum tahu, bisa cek
@makassarwriter . Yuk, ikut jadi bagian dari event kece ini dengan jadi
pengunjung atau jadi volunteer, serta kampanyekan #JuniKeMakassar.
Kembali ke Dee’s Coaching Clinic, ada satu pertanyaan saya
yaitu kenapa Mbak Dee menulis dan terjawab degan adanya doodle di dinding.
"Pada akhirnya menulis adalah proses belajar yang tak pernah usai. Dan itu jugalah yang membuat menulis bagiku, memikat."
Terima kasih Mbak Dee Lestari, Bentang Pustaka, Rumata’ Art
Space sudah menyelenggarakan acara ini \o/
Oh iya, karena pada sibuk sendiri foto-foto dan minta tanda tangan, kami tidak punya satupun foto bersama >,<
wihhm keren. mbak dee, idola gue :"))
ReplyDeletesemoga dengan coaching clinic ini, lo bisa ketularan ide-ide nya mbak dee ya...