Tuesday 31 March 2015

Aku, Kopi dan Potensinya Menjadi Kembang Api

Gambar diambil dari Pinterest.com


“Sejak kapan kamu minum kopi?” tanya Lia yang dengan seksama memperhatikan gelas yang yang ada di mejaku.

Aku mendekatkan tubuhku ke arahnya, “Sejak cowok yang ada di sudut sana hadir,” kataku sambil berbisik.

Lia yang menampakkan gesture ingin membalikkan badan langsung kucegah, “Jangan balik badan, nanti terlalu kentara. Kamu pindah duduk di sampingku saja.”

Dengan patuh Lia berpindah duduk.

“Cakep. Tapi tetap saja kamu tidak boleh menyiksa dirimu seperti ini. Kamu bisa tidak tidur sampai pagi gara-gara kopi. Lagian tidak baik pulang terlalu malam.” Lia menasihati bak ibu-ibu.
“Iya Lia, aku ke sini juga tidak tiap hari kok. Tapi kalau aku ke sini dia pasti ada.”
“Pulang yuk, sudah jam 10!”

Lia menarik tanganku yang masih memegang gelas kopiku untuk dihabiskan.

***

Benar kata Lia, salah besar beberapa bulan ini aku memesan kopi. Tidurku tidak pernah stabil, hampir terlambat sampai di kantor. Tapi yang aneh, aku tidak pernah menyesal ini terjadi, yang ada di kepalaku hanya timbul perasaan bahagia. Bahagia berlama-lama terjaga di malam hari dan memikirkannya, walau besok akan terkantuk-kantuk di kantor. Apa memang kehebatan menyukai seseorang selain membuatmu bodoh?

Beberapa bulan belakangan tiba-tiba lelaki itu hadir hampir disetiap kunjunganku ke kafe itu. Dia ramah kepada setiap pelayan, juga kepada pengunjung lainnya. Meski aku belum pernah berbincang dengannya. Sepertinya orang-orang di kafe itu mengenalnya dengan baik. Berarti dia adalah pelanggan setia. Sejauh ini keramahannyalah yang membuatku tertarik. Dia selalu sendiri. Tidak, tidak, dia selalu ditemani laptop, buku dan kopinya.

Apa pernah membaca tulisan, Pertama, tentu saja kita harus meliht jauh kedalam diri kita sendiri. Apa yang paling kita agungkan dalam hidup kita? Apakah kesetiaan? Apakah kekayaan? Apakah Ambisi, Apakah laku seseorang? Apakah rupa seseorang? Nah setelah kau tentukan satu hal yang paling utama, tentukan hal-hal lain yang menjadi peringkat kedua, ketiga, dan seterusnya.”

Dalam hal ini, tentu kamu bisa menebak hal yang paling utama menurutku.

***

“Boleh duduk di sini?”

Ada suara berat mengangetkanku. Aku mendongak dari buku bacaanku dan wajahnya membuat jantungku seperti dipenuhi berpuluh-puluh kembang api. Apa kopi tadi punya potensi berubah menjadi kembang api?

“Boleh, silakan.”

Dengan kikuk aku kembali kebacaanku. Lebih tepatnya berpura-pura. Kembang api di jantungku tidak berhenti meletus. Lalu aku harus bagaimana? Setiap kedatanganku di sini yang kusiapkan hanyalah mental untuk melihatnya dari jauh, bukan sedekat ini.

“Kenapa tidak pernah pesan jus alpukan atau susu coklat lagi?”

Ditengah usahaku mematikan kembang api fiktifku, dia bersuara lagi. Dan itu sama sekali tidak mematikan si kembang api. Kenapa dia tahu kalau sebelumnya dua minuman itu yang menjadi andalanku? Karena penasaran kuturunkan bukuku.

Sebelum aku membuka mulut, dia mulai berbicara lagi.

“Sebelumnya aku selalu duduk di belakangmu dan menghapal apa yang kamu lakukan setiap datang ke sini. Tapi aku tidak mau hanya mengenal punggungmu saja, maka aku memilih pindah tempat. Beberapa bulan ini, kamu selalu pulang malam dan menyuruh temanmu untuk menjemput, kan?”
“Wah, aku pikir aku tidak bisa berkata-kata lagi.”
“Dan aku pikir, semenjak aku pindah tempat duduk kamu mulai memperhatikanku. Sepertinya aku tidak perlu membuang tenaga untuk meyakinkanmu.”

Kali ini perutku yang dipenuhi kembang api. Kali ini aku yakin kopi punya potensi ini.

“Sudah, pesan jus alpukat atau susu coklat lagi saja. Dan aku akan mengantarmu pulang jika kau sudah mengantuk.”
 "Dan ingat, kamu harus menjadi dirimu sendiri saat menyukai orang lain, bagaimanapun besarnya rasa sukamu terhadap apa yang menjadi kebiasaanya," tambahnya.

Jantung dan perutku memproduksi banyak kembang api. Dan seperti perayaan-perayaan yang disemarakkan oleh kembang api, senyumku sedikit demi sedikit merekah.


Tulisan ini diikutsertakan dalam #kelasmaccamenulismaret

5 comments:

  1. lucu ya, ketika naksir bisa membuat seseorang minum kopi :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. yah, terkadang menyukai orang membuat kita ingin sepertinya. Hehe

      Delete
  2. ditunggu kabarnya kalo sudah jadian *uhuk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, he'em deh. Nanti ada acara makan-makan. Jangan lupa bawa kado *ehh

      Delete
  3. Jadi ceritanya jadian neh?

    ReplyDelete