Tuesday, 11 February 2014

Tidak Ada Senja Untuk Alina Hari Ini



Entah berapa lama si Tuan Sukab ini menyembunyikan diri di gorong-gorong gelap dan busuk ini. Suara jangkrik melengking, belum lagi suara kodok yang haus, sepertinya tersesat dan meminta air turun dari langit. Angin tidak lagi berhembus sampai kesini, membuat tempat ini semakin pengap saja, belum lagi bau busuk yang menyeruak sedikit demi sedikit tapi pasti.

Aku sungguh tidak terbiasa berada di tempat seperti ini. Aku merasa takut sekaligus kesal. Bulir-bulir kecil air keluar membasahi amplop cantik yang dipakaikan Sukab untuk mengirimkanku ke kekasihnya. Ya, aku menangis. Aku benar-benar tidak suka berada dalam situasi seperti ini. Kecantikanku terasa lenyap dan tidak ada artinya.

Aku menyadari tubuhku perlahan berubah. Oranye yang tadi kemerah-merahan kini memudar ditambah sedikit warna kelabu juga hitam. Sendu dan pucat. Aku bukan diriku yang biasanya.

Aku menyadari desahan Sukab yang akhirnya mengetahui bahwa amplopnya kini sobek karena basah. Dia melongok keluar ketika menadari keadaan sudah aman dan semakin kesal karena ternyata diluar tengah hujan deras.

“Sial! Bagaimana dengan sore kali ini? Aku tidak jadi bertemu dengan kekasih hatiku lagi, Alina.” Dia mengumpat dan kulihat dari balik amplop yang sobek, dia mengusap wajahnya dengan frustasi dan menggaruk-garuk kepalanya kesal.

Tangisku semakin pecah. Tuan tampan ini sungguh egois sekali, dia bahkan tidak menyadari perubahan fisikku dan masih saja mencemaskan pertemuannya dengan Alina. Alina, Alina, dan Alina! Aku begitu kesal, menggerutu dalam hati sambil menangis maka aku terbatuk-batuk. Di luar, suara Guntur menggelegar dan kutahu itu menyadarkan si tuan pencuri tampan ini.

“Sebaiknya aku pulang saja. Dan oh…” Dia begitu terkejut ketika baru saja melihatku, “aku tidak mungkin menghadiahkan senja dengan kondisinya yang seperti ini kepada kekasihku, Alina,” lanjutnya.

Tiba-tiba pikiran licik memenuhi kepalaku. Aku sungguh tidak merelakan tubuhku yang cantik ini dinikmati dan dimiliki oleh Alina. Aku ingin tinggal bersama tuan Sukab yang tampan ini.

Aku akan terus berpura-pura sakit, mengeluarkan air mata setiap sore dan terbatuk-batuk, agar tetap bersama Sukab.


Bersambung…


Cerita sebelumnya:
* Menunggu Sukab
** Perkenalkan Aku Senja

No comments:

Post a Comment