Entah berapa lama si Tuan Sukab
ini menyembunyikan diri di gorong-gorong gelap dan busuk ini. Suara jangkrik
melengking, belum lagi suara kodok yang haus, sepertinya tersesat dan meminta
air turun dari langit. Angin tidak lagi berhembus sampai kesini, membuat tempat
ini semakin pengap saja, belum lagi bau busuk yang menyeruak sedikit demi
sedikit tapi pasti.
Aku sungguh tidak terbiasa berada
di tempat seperti ini. Aku merasa takut sekaligus kesal. Bulir-bulir kecil air
keluar membasahi amplop cantik yang dipakaikan Sukab untuk mengirimkanku ke
kekasihnya. Ya, aku menangis. Aku benar-benar tidak suka berada dalam situasi
seperti ini. Kecantikanku terasa lenyap dan tidak ada artinya.
Aku menyadari tubuhku perlahan
berubah. Oranye yang tadi kemerah-merahan kini memudar ditambah sedikit warna
kelabu juga hitam. Sendu dan pucat. Aku bukan diriku yang biasanya.
Aku menyadari desahan Sukab yang
akhirnya mengetahui bahwa amplopnya kini sobek karena basah. Dia melongok
keluar ketika menadari keadaan sudah aman dan semakin kesal karena ternyata
diluar tengah hujan deras.
“Sial! Bagaimana dengan sore kali
ini? Aku tidak jadi bertemu dengan kekasih hatiku lagi, Alina.” Dia mengumpat
dan kulihat dari balik amplop yang sobek, dia mengusap wajahnya dengan frustasi
dan menggaruk-garuk kepalanya kesal.
Tangisku semakin pecah. Tuan
tampan ini sungguh egois sekali, dia bahkan tidak menyadari perubahan fisikku
dan masih saja mencemaskan pertemuannya dengan Alina. Alina, Alina, dan Alina!
Aku begitu kesal, menggerutu dalam hati sambil menangis maka aku
terbatuk-batuk. Di luar, suara Guntur menggelegar dan kutahu itu menyadarkan si
tuan pencuri tampan ini.
“Sebaiknya aku pulang saja. Dan
oh…” Dia begitu terkejut ketika baru saja melihatku, “aku tidak mungkin
menghadiahkan senja dengan kondisinya yang seperti ini kepada kekasihku,
Alina,” lanjutnya.
Tiba-tiba pikiran licik memenuhi
kepalaku. Aku sungguh tidak merelakan tubuhku yang cantik ini dinikmati dan
dimiliki oleh Alina. Aku ingin tinggal bersama tuan Sukab yang tampan ini.
Aku akan terus berpura-pura
sakit, mengeluarkan air mata setiap sore dan terbatuk-batuk, agar tetap bersama
Sukab.
No comments:
Post a Comment