Tuesday, 11 February 2014

Kepada Tuan Sukab si Pencuri



Selamat sore Tuan Sukab,
Kemana saja dirimu? Apakah masih mencari senja yang sempurna untuk kekasihmu? Ah iyah, kekasih yang mana lagi yang kau janjikan senja?

Tuan Sukab yang tampan,
Aku selalu menantimu disetiap sore, berharap kau datang dengan membawa pisau kecilmu. Aku rindu tatapan matamu yang berkilat-kilat penuh ambisi.

Tuan Sukab yang tampan,
Ini, aku disini. Sudah beberapa hari ini aku bersolek, ingin menyuguhkanmu kecantikanku. Biasanya kau akan datang di bulan ini. Bukankah bulan ini, bulan yang tepat untuk mencuri, Tuan? Bulan yang kata orang penuh kasih sayang. Mencurilah lagi Tuan, untuk dihadiahkan.

Tuan Sukab yang tampan,
Aku beritahu, kalau kau ingin mencuri lagi, datanglah ketika radio masjid mengumandangkan suara orang mengaji. Orang tidak akan melihatmu, mereka semua akan sibuk mandi sore dan bersiap menuju mansjid untuk shalat atau bahkan anak-anak muda bersolek untuk siap pergi berkencan. Itu akan membebaskanmu dari kejaran dank au tak akan sembunyi do gorong-gorong busuk lagi, Tuan.

Tuan Sukab yang tampan,
Kuberitahu lagi, kau boleh mencuri. Tapi, tidak usah kau hadiahkan kepada, siapa kekasihmu itu? Ah yah, Alina atau calon kekasih-kekasihmu yang lai untuk membahagiakannya. Mengapa tidak kau simpan saja untukmu? Aku tahu kau ingin menghadiahkan hasil curianmu kepada kekasihmu agar mereka mengingatmu karena kamu sendiri mencintai hasil curianmu itu, senja. Seolah jika kekasihmu menyukai hasil curianmu itu, dia pun menyukaimu.

Simpan saja untukmu, yah!

Satu lagi Tuan Sukab. Bawalah pisau yang tajam agar kau tidak terlalu menyakiti atau bahkan melukai curianmu itu.

Surat ini hampir habis, Tuan. Apa kau tidak mengerti juga?

Kuingatkan sekali lagi.

Aku menantimu, aku selalu bersolek untuk menyuguhkan kecantikanku padamu, aku mengizinkan kau mencuri lagi tapi hadiahkan untukmu, bawa pisau yang tajam agar tidak melukai.

Tuan Sukab yang tampan,
Aku ingin kau mencuriku sekali lagi untuk kau hadiahkan kepada dirimu sendiri.



Yang ingin kau curi sekali lagi,



Senja

1 comment: