Tuesday, 4 February 2014

Surat yang Penuh Cemburu



Tik tok tik tok tok tik tok tik tok.
Jarum jam terus berjalan.

Saya tidak bisa menemukan sapaan yang pas untukmu wahai pecinta tomat buah. Bukan lagi kupu-kupu yang memberontak diperutku ketika mengetik surat ini, tetapi kembang api.

Januari kemarin, saya dan teman-teman Klub Buku Makassar mengadakan ulang tahun dan mengundangmu, tapi kamu sakit. Padahal, saya ingin memamerkan sesuatu. Saya membaca cerita pendekmu atau lebih tepatnya suratmu kepada Kukila di hadapan teman-teman Klub Buku Makassar dan beberapa teman dari komunitas lain. Meski, saya adalah sebenar-benarnya pembaca cerita yang buruk. Seusai membaca cerita, salah satu teman yang baru saya kenal hari itu tiba-tiba meminta saya untuk membaca dan mengomentari cerpen yang dibuatnya. Kamu tahu kak, dia membuatkan cerpen puisimu yang tentang orang bisu dan tuli. Cerpennya manis sekali.

Ini surat saya kepadamu yang kedua. Kamu masih ingat? Saya si pecemburu Kukila. Bukan, bukan karena kamu tidak memilihku menjadi kekasihmu, saya hanya cemburu dengan caramu mencintainya. Saya ingin dicintai sedemikian rupa, walau bukan dari kamu sih, hehe.

Ibumu apa kabar, kak? Salam buat beliau, sosok ibu yang mengajarkan bahwa pelajaran yang paling baik itu adalah setia. Saya ingin menjadi ibu yang setidaknya setianya seperti beliau.

Kamu suka menulis surat, seperti itulah yang saya ketahui. Maka, sudihlah kiranya kamu membalas suratku ini. Boleh kamu beri judul Kepada Si Pecemburu Kukila. Oh iya, saya rindu tweet-tweet kamu yang berbahasa Indonesia, kak. 

Saya sudahi dulu suratnya yah. Tenang, saya tidak akan pernah memberimu hadiah berupa sisir, karena saya sendiri juga tidak suka dengannya.
Salam,

Si Pecemburu Kukila




No comments:

Post a Comment