Monday, 3 February 2014

Dear, Alter ego



Hei!

Mungkin itu kata sapaan yang pantas untuk kamu, perempuan yang paling kukenal. Tidak, tidak, itu sapaan bagi sesama teman yang sudah lama tidak bersua, sedangkan kita hampir bertemu setiap hari.
Ini kali pertama aku mengirimi kamu surat. Aku menjulukimu perempuan yang mencintai dengan bodoh. Kenapa? Karena setiap kali aku bertanya kepadamu apa yang menyebabkan kamu begitu cinta kepada seseorang, jawabanmu selalu tidak tahu. Wajahmu yang memerahlah yang menandakan benar-benar ada cinta padamu.

Pernah aku mendapatimu tiba-tiba menangis begitu mendengar musikalisasi puisi dan lagu kebangsaan di televisi. Dahiku berkerut, heran dan bertanya-tanya. Apa puisi dan lagu kebangsaan atau penyanyinya itu memukulimu? Lantas, apa aku harus menuding mereka yang membuatmu menangis, jahat? Kamu malah menjawab, tangis itu bukan melulu disebabkan oleh kejahatan, bisa jadi karena sesuatu yang sangat baik.

Ini lebih parah. Kalau kamu marah, kamu akan diam berpuluh juta kata. Kata-kata tiba-tiba berhibernasi, seolah mereka pun takut. Aku saja sampai tidak diajak berbicara olehmu. Kamu memilih menangis tanpa suara di kamar atau di kamar mandi jika amarah tidak bisa kau bendung lagi. Apa salahnya memaki, atau pecahkan saja gelas dan bila perlu kepala orang yang membuatmu jengkel? Mungkin kamu takut tua,yah?

Aku ingin mencubit pahamu yang kenyal keras-keras, ketika kamu hanya mematung di samping seseorang yang mengantarmu pulang. Kamu biarkan keheningan menguasai kebersamaan kalian. Kamu ini sangat mendalami peranmu sebagai introvert, sampai kadang-kadang tidak pandai berbasa-basi. Aku hanya bisa gigit jari melihatmu. Sebegitu susahnyakah memulai percakapan?
Hah, hampir saja lupa. Kamu selalu membeli, membeli dan membeli buku dan sengaja lupa membeli baju baru dan alat makeup. Katamu lagi, kamu sudah cantik dengan banyak buku dan membaca, padahal cowok melihat dari penampilan terlebih dahulu. Sudah, beli saja makeup dan baju baru dulu, beli buku nanti saja!

Aku selalu berdoa, semoga kamu bisa menemukan sosok yang mengimbangi sikap dan sifatmu, hehe. Tenang saja, aku akan membantumu merubah sikap dan sifat yang memang pantas diubah tanpa mengurangi jati dirimu. Bukankah sebaik-baiknya orang adalah dia yang menjadi dirinya sendiri? Tapi, dia juga harus menjadi baik bagi orang lain. 

Ah sudahlah, terlalu banyak ocehanku. Nanti kamu malah merajuk. Kita sama-sama belajar, yah.

Salam cinta,

Alter ego mu!

No comments:

Post a Comment