Selamat, kuhaturkan kepada kamu
di waktu apapun itu. Saya sulit untuk memberimu selamat di waktu apa, karena
kamu menyelamatkan saya di waktu setiap kali saya ingin diselamatkan. Dalam
perkara ini, kita sama-sama saling menyelamatkan, kamu selamatkan saya dari
kantuk, sakit kepala bahkan ketika uring-uringan dan saya pun selamatkan kamu ke
dalam tenggorokanku. Impas!
Saya selalu bertanya-tanya kepada
(si)apapun yang saya sangat sukai, apakah ia juga menyukai saya sebaliknya?
Menurutku, kamu juga menyukaiku. Saya begitu yakin karena hampir disetiap
kebersamaan kita, kita tidak pernah saling menyakiti. Kamu tidak benar-benar
membuat saya tidak bisa tidur, tidak benar-benar membuat jantung saya
berdebar-debar tidak karuan, atau bahkan menangis karena sakit perut. Kalau
kamu lelaki, saya bisa saja menuduh kamu lebih baik di banding lelaki manapun.
Terima kasih, kopi.
Dulu sebelum orang bertanya-tanya
kenapa saya begitu suka minum kopi, saya sudah bertanya kepada diri saya
sendiri. Belakangan saya ketahui ketika melihat ibu saya memakan kopi. Iya,
beliau memakannya. Kala itu saya menghampirinya dan bertanya, “Ibu makan kopi?”.
Beliau menjawab dengan anggukan karena mulutnya dipenuhi dengan bubuk kopi.
Beliaupun cerita bahwa ketika beliau mengandung saya, ngidamnya makan kopi dan
keterusan sampai sekarang. Mungkin itu bisa jadi alasan kenapa saya juga kopi
(?) Ah, bukankah tidak perlu alasan untuk menyukai (si)apapun?
Sudahlah, kalau saya berlama-lama
kita tidak akan bersua hari ini.
Yang tidak pernah bosan
padamu,
Dhani Ramadhani
Kopi itu selalu menjadi minuman andalan sebagian orang dengan berbagai alasan beragam tentunya
ReplyDelete