Thursday, 6 February 2014

Perkara Keterlambatan dan Kerinduan Akan Telur Dadar



Mengapa hanya cinta yang melulu datang terlambat, pagi tidak?

Aku menggerutu beberapa hari ini mengenai kalimat diatas. Tapi, pagi tidak pernah datang terlalu cepat, hanya aku yang terlambat. Dengan ketergesa-gesaanku pagi ini, aku tiba-tiba mengingat nenek. Nek, apa kabarmu?

Di sini, baru saja terlantik Bupati baru, jadi jadwal ke kantor lebih awal karena apel pagi yang biasanya di lakukan di kantor, kini haarus dilaksanakan di Kantor Bupati.

Ini mungkin agak mengherankan bagi sebagian orang, apel pagi menantiku dan aku malah mengingatmu. Aku mengingatmu karena sarapan pun aku tak sempat. Kamu akan memarahiku, berceramah mengenai pentingnya sarapan, dan kamu pasti akan mulai mengambil dua butir telur dan mengocoknya. Telurnya pasti selalu dua. Daun bawangnya pasti banyak. Warna telur dadarnya pasti cokelat muda. 

Ah Nek, perutku jadi keroncongan. Aku menulis surat ini di Kantor. Tidak ada kantin di sini. 

Nek, kamu tak pernah tahu, betapa seringnya aku mencoba menggoreng telur dadar agar hasilnya menyerupai karyamu. Kamu tahu jawabannya. Ya, tidak berhasil. Ibuku saja tidak pandai membuat telur dadar sepertimu.

Tapi tak apa, lelaki yang dulu pernah ingin kupikat dengan racikan telur dadar tidak mempan, nek. Ternyata, dia tidak suka daun bawang. Kalau kami makan berdua, dia selalu memindahkan irisan daun bawang – jika ada- ke piringku. Nenek mau tahu dia suka apa? Dia suka pisang dan dia suka pisang goring cokelat keju buatanku. Ah, memang mungkin setiap lelaki akan terpikat kepada jenis masakan berbeda yang dibuat perempuan, yang berbeda pula tentunya.

Nek, kalau nanti saya pulang dan menginap di rumahmu, jangan lagi memasak untukku. Walau masakanmu memang tidak ada duanya. Istirahatlah, nanti biar aku yang memasakkan. Salam kepada Kakek. Ingat, berhati-hatilah ketika mencukur rambutnya, nanti kulit di bagian atas telinganya berdarah lagi.


Cucu yang menyayangimu,



Dhani Ramadhani

1 comment:

  1. jadi pengen makan telur dadar, nih! Hmmm...

    ReplyDelete