Pagi ini saya terlalu pagi sampai
di kantor, dan saya pun ke rumah teman yang menempati rumah dinas dan membuat
gaduh. Saya disuguhkan minuman panas dalam gelas aluminium. Asapnya menari
menggoda, tapi saya urungkan karena saya tahu panasnya sedemikian rupa. Lalu
saya berpikir, bagaimana kalau saya yang jadi minuman panas dalam gelas
aluminium itu? Masih ada yang berani mendekat? Kau tahu, hubungan itu masalah
berkorban dan berani, salah satunya. Kalau kamu yes! Saya bisa jadi tujuan kamu.
Belum lagi bibir saya menyentuh
bibir gelas aluminium itu, ada pemberitahuan bahwa tema menulis hari ini adalah
nomor kesukaan. Saya melirik arloji kemudian tersenyum, pukul tujuh lewat
empatpuluh sembilan menit. Kebetulan, saya menyukai dua nomor yang tertera di
arloji saya itu. Oh, apa kebetulan itu ada?
Saya menyukai angka tujuh dan
empat, tapi saya lebih suka angka tujuh. Kenapa? Yang paling utama adalah itu
adalah tanggal lahir saya dan ini mengingatkan saya kepada Ipeh yang tidak
ingat kapan dia dilahirkan, atau dia hanya mempermainkan saya. Sebagian teman
saya sudah tahu ini. Kalian tahu apa keistimewaan angka itu lainnya? Ada tujuh
bidadari, ada langit ke tujuh, tujuh warna pelangi, hari ada tujuh, nomor
punggung pemain sepak bola kesukaan saya nomor tujuh si David Beckham, dan
nomor tujuh adalah nomor rumah saya, rumah yang mungkin nanti akan kau tuju.
Lalu, apa yang membuat saya tidak menyukai angka tujuh?
Angka tujuh mengingatkan saya
akan seorang laki-laki yang berdada bidang, tipe idaman kebanyakan perempuan,
untuk nanti bisa dijadikan tempat berlindung, entah dari rasa takut atau
kedinginan. Mengingatkan saya juga akan sosok laki-laki yang mampu berdiri
dengan wibawa, yang tidak akan takut oleh dorongan apapun.
No comments:
Post a Comment