Thursday, 27 February 2014

Perihal Angka Tujuh dan yang Mungkin Bisa Kau Tuju



Pagi ini saya terlalu pagi sampai di kantor, dan saya pun ke rumah teman yang menempati rumah dinas dan membuat gaduh. Saya disuguhkan minuman panas dalam gelas aluminium. Asapnya menari menggoda, tapi saya urungkan karena saya tahu panasnya sedemikian rupa. Lalu saya berpikir, bagaimana kalau saya yang jadi minuman panas dalam gelas aluminium itu? Masih ada yang berani mendekat? Kau tahu, hubungan itu masalah berkorban dan berani, salah satunya. Kalau kamu yes! Saya bisa jadi tujuan kamu.

Belum lagi bibir saya menyentuh bibir gelas aluminium itu, ada pemberitahuan bahwa tema menulis hari ini adalah nomor kesukaan. Saya melirik arloji kemudian tersenyum, pukul tujuh lewat empatpuluh sembilan menit. Kebetulan, saya menyukai dua nomor yang tertera di arloji saya itu. Oh, apa kebetulan itu  ada?

Saya menyukai angka tujuh dan empat, tapi saya lebih suka angka tujuh. Kenapa? Yang paling utama adalah itu adalah tanggal lahir saya dan ini mengingatkan saya kepada Ipeh yang tidak ingat kapan dia dilahirkan, atau dia hanya mempermainkan saya. Sebagian teman saya sudah tahu ini. Kalian tahu apa keistimewaan angka itu lainnya? Ada tujuh bidadari, ada langit ke tujuh, tujuh warna pelangi, hari ada tujuh, nomor punggung pemain sepak bola kesukaan saya nomor tujuh si David Beckham, dan nomor tujuh adalah nomor rumah saya, rumah yang mungkin nanti akan kau tuju. Lalu, apa yang membuat saya tidak menyukai angka tujuh?

Angka tujuh mengingatkan saya akan seorang laki-laki yang berdada bidang, tipe idaman kebanyakan perempuan, untuk nanti bisa dijadikan tempat berlindung, entah dari rasa takut atau kedinginan. Mengingatkan saya juga akan sosok laki-laki yang mampu berdiri dengan wibawa, yang tidak akan takut oleh dorongan apapun.

No comments:

Post a Comment