Hai kamu yang sudah semakin tua!
Sssttt, saya tidak tengah mengolok-olokmu, janganlah marajuk. Pada
akhirnya semua orang akan tua, dan kau tidak akan sendiri, saya juga akan
segera menyusulmu tetapi kita tidak pernah akan beriringan. Seharusnya, surat
ini kuketik kemarin, kemarin adalah puncak pergantian umurmu. Jangan heran,
meskipun saya pelupa, saya jarang melupakan hari penting seseorang. Bukankah itu
salah satu bentuk perhatian?
Saya bisa saja berpura-pura tidak
mengingat tanggal pergantianmu menjadi semakin tua tapi, ada satu teman yang
sepertinya sudah menjadi alarm untuk mengingatkan saya akan hari pentingmu ini.
Bahkan sebenarnya, tanpa perlu dia ingatkan, saya sudah tidak bisa
melupakannya.
Maaf, tapi ketika mengetik surat
ini otomatis saya mengingat kamu dan itu membuat saya terus tertawa dari awal
sampai paragraph ini. Oh, saya bernostalgia sesaat dengan pikiran saya. Tidak,
tentu tidak usah kau memikirkanku balik, itu sama sekali tidak penting. Eh,
tertawalah, dari dulu kamu orangnya serius, masa sudah semakin tua masih kurang
rasa humor?
Ah, sudahlah. Mau pendek atau
panjang surat ini, tentu tidak aka nada perubahan yang dibuatnya. Semoga
panjang umur dan biasakanlah tertawa.
Dari perempuan yang
dulu setiap kamu berikan coklat, selalu dua bungkus,
Dhani Ramadhani
No comments:
Post a Comment