Malam merayap perlahan, membuat
mata siapa saja menjadi redup. Tapi tidak yang aku lihat pada Sukab. Lelaki
tampan yang berani mencuriku. Dia terlihat amat lesu. Pikirannya tentu sedang
berjalan-jalan. Terlihat dari matanya yang melirik tak tentu arah, sesekali
rambutnya dia usap dengan kasar. Bulir-bulir keringat semakin banyak menghiasi
keningnya padahal angin bertiup dengan kencang. Sebentar duduk, sebentar
berdiri, sebentar ke kanan, sebentar ke kiri.
Salahkah aku yang menahannya?
Aku menatapnya lamat-lamat.
Hatiku amat senang melihat wajahnya yang rupawan itu, membuat wajahku semakin
merona, pasti aku semakin terlihat elok karenanya. Aku ingin terus di sini
bersamanya dan menatapnya. Tapi, aku pun tidak tega karena harus melihatnya
menderita. Sebegitu pentingnya aku buat diberikan kepada kekasihnya itu?
Cinta, menderita seperti inikah jika merasakannya?
Ah, seperti apa rupa perempuan bernama Alina itu?
Ada baiknya aku turut melihat perempuan yang membuat pujaan hatiku ini
gelisah.
Jika Sukab membawaku esok, aku
mungkin akan membuat wajahku tidak rupawan. Seperti apa reaksi Alina mendapati
Sukab membawakan senja yang tak indah untuknya.
Bersambung ...
Cerita sebelumnya:
No comments:
Post a Comment