Thursday, 30 January 2014

To Kill A Mockingbird




To Kill A Mockingbird
Karya Harper Lee
Penerjemah: Femmy Syahrani
Penyunting: Berliani Mantili Nugrahani
Proofreader: Emi Kusmiati
Copyright © 1960 by Harper Lee
All rights reserved
Cetakan I, Maret 2006
Penerbit Qanita PT Mizan Pustaka
568 hlm; 17,5 cm

Kehidupan Scout dan Jem Finch berubah total saat ayah mereka menjadi pembela seorang pemuda kulit hitam. Saat Atticus Finch membela seseorang yang dianggap sampah masyarakat, kecaman pun datang dari seluruh penjuru kota. Di tengah terpaan masalah yang menimpa keluarganya, si kecil Scout belajar bahwa kehidupan tidak melulu hitam dan putih. Bahwa prasangka seringkali membutakan manusia. Dan bahwa keadilan tidak selalu bisa ditegakkan.

Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudutpandangnya… hingga kau menyususp ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya.
Scout dan Jem tumbuh menjadi dewasa dengan keadaan sulit. Setiap mereka berjalan, yang ada hanya di bully oleh tetangga-tetangganya sendiri, dari anak kecil yang merupakan teman sekolah mereka sampai yang rambutnya sudah beruban. Hanya karena ayahnya yang seorang pengacara akan membela seorang bangsa kulit hitam di pengadilan. Betapa saat itu bangsa kulit hitam sangat tidak disukai dikalangan bangsa kulit putih. Sebaik apapun bangsa kulit hitam tersebut.


Sebelum aku mampu hidup bersama orang lain, aku harus hidup dengan diriku sendiri. Satu hal yang tidak tunduk pada mayoritas adalah nurani seseorang  (hlm 211)


Persidangan selesai, walau dengan bukti yang cukup bahwa si kulit hitam tidak bersalah, dia tetap disalahkan, sehingga dia memilih untuk bunuh diri. Tidak sampai disitu, keluarga Jem dan Scout terus diancam. Jem pernah hampir di bunuh. 


Hanya karena kita telah tertindas selama seratus tahun sebelum kita mulai melawan, bukanlah alas an bagi kita untuk tidak berusaha menang (hlm 152)


Disini, penulis secara tidak langsung memberikan satu contoh melalui satu tokoh yang memilih menghabiskan hidupnya di dalam rumahnya daripada bergaul dengan tetangga-tetangganya yang hidup dengan membanding-bandingkan warna kulit. Scout dan Jem dulu selalu penasaran kenapa pemilik rumah tidak pernah keluar, belakangn mereka ketahui bahwa dia memang memilih jalan tersebut demi kebaikan dan ketenangannya. 


Hanya satu jenis manusia: Manusia.


Novel klasik ini merupakan salah satu novel terbaik sepanjang masa versi Time Magazine.

Oh iya, novel ini hadiah dari Thifa sang Secret Shanta ^^

No comments:

Post a Comment