Friday, 31 January 2014

Tintenherz




Tintenherz
By Cornelia Funke
© Cecilia Dressler Verlag GmbH & Co. KG, Hamburg 2003
All rights reserved
Inkheart
Alih bahasa: Dinyah Latuconsina
Editor: Dini Pandia
Sampul oleh Marcel A.W
PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, Januari 2009
Cetakan keempat: September 2009
536 hlm; 23 cm

Menurutmu bagaimana perasaanmu mendapati dirimu sendiri disaat membaca cerita, tokoh-tokoh di dalamnya bisa keluar ke kehidupan nyata? Awalnya mungkin kamu akan merasa senang, tapi lama-kelamaan kau akan dihantui rasa bersalah. Seperti itulah yang terjadi kepada Mo, ayah Meggie. Meggie tidak pernah tahu kenapa ayahnya tidak pernah membacakan cerita untuknya, seperti yang dilakukan orang tua pada umumnya kepada anaknya ketika menjelang tidur. Pad akhirnya Meggie mengetahui segalanya ketikaStaubfinger datang merusak hidup dia dan Ayahnya yang diketahuinya baik-baik saja. Ayahnya mampu mengidupkan tokoh-tokoh maupun benda yang terdapat di buku cerita ke kehidupan nyata hanya dengan membaca cerita tersebut. Tapi sebagai gantinya aka nada tokoh-tokoh di kehidupan nyata yang menggantikan tokoh yang keluar dari cerita. Salah satu korban adalah ibunya sendiri. Tokoh-tokoh yang dikeluarkan Mo meminta tuntutan untuk dikembalikan ke dunianya, dan disitulah bencana bertubi-tubi datang, lebih runyam lagi ketikaakhirnya Meggie menyadari bakat ayahnya menurun kepadanya.


Percayalah, buku itu jadi seperti kertas antilalat, menarik segalanya ke dekatnya. Tidak ada tempat yang bisa mengikat ingatan sebaik halaman-halaman yang dicetak. (hlm 23)


Bagi pecinta buku, buku ini pasti sungguh menyenangkan buatnya karena objek utama dari cerita ini adalah buku. Saya bisa merasakan bagaimana sakit hatinya si Elinor ketika mendapati anak-anaknya, sebutan untuk buku-buku tercintanya hangus terbakar. Oh, tidak ada kekesalan melebihi itu. Diam-diam saya juga ingin punya keahlian seperti Mo, walau itu sungguh konyol, haha. 

Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana perasaanmu ketika mendapati tokoh rekaanmu benar-benar hidup dan sesuai dengan ekspektasimu? Mungkin awalnya kamu juga akan berdecak kagum, kamu seolah benar-benar menjadi Tuhan yang berhasil menciptakan sesuatu yang sempurna. Tapi, apakah tokohmu itu akan benar-benar menaruh hormat kepadamu seperti keinginanmu? Seperti itulah yang dialami oleh Fenoglio sang penulis, pada akhirnya dia membenci tokoh-tokoh jahat ciptaannya.

Menurut saya, dari segi lain buku ini memberikan kita pelajaran mengenai makna kehidupan kita dan pencipta kita. 

Hampir tidak ada cela untuk buku ini, karena saya begitu menikmati dalam membacanya. Setelah membaca ini, saya kan merawat sebaik-baiknya buku saya.


Buku-buku tak pernah meninggalkan kita, sekalipun,bahkan meski kita memperlakukannya dengan buruk. (hlm 430)


1 comment:

  1. Ahhh perpustakaan Elinor itu tetep jadi salah satu tempat yang kepingin banget aku kunjungin... suka sama serial ini, jadi kepingin baca ulang deh :)

    ReplyDelete