Friday, 28 March 2014

Lee Raven Boy Thief




Lee Raven Boy Thief
By Zizou Corder
Copyright © 2008 by Zizou Corder
All rights reserved
Lee Raven Pencopet Cilik
Alih bahasa: Debbie J. Christ & Donna Widjajanto
Editor: Asti
PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, April 2011
296 hlm; 20 cm


Untuk semua orang yang mengalami kesulitan membaca.


Itu kalimat pembuka dari novel ini, dan itu adalah poin penting yang kemudian diceritakan dalam buku ini. Lee Raven, anak laki-laki dari keluarga yang biasa-biasa saja menderita Disleksia dan ayahnya tidak suka itu. Ayahnya menganggap dia adalah anak yang sangat bodoh dan dia sering dipukulinya ketika mabuk. Lee yang diperlakukan tidak enak di rumah sendiri memuttuskan untuk tinggal di jalanan. Mencopet. Hampir seluruh anggota keluarganya mencopet.

Dia mahir menyamar, bahkan punya nama samaran. Dia mencopet dompet milik jutawan di daerah tempat tinggalnya dan kemudian masalah berlanjut ketika dia juga mencuri buku dari rumah seorang pengarajin buku. Buku yang belakangan diketahui sebagai buku ajaib.

Buku itu bisa bicara karena dia tahu kalau Lee tidak bisa membacanya. Buku yang setiap kali ditutup dan memulai untuk dibaca, selalu menyuguhkan cerita yang berbeda. Okeh, ini fantasy tapi pecinta buku manapun ingin ada buku seperti ini, haha. Lee akhirnya menjadi incaran polisi. Lalu bagaimanakah Lee menghindar?

Saya selalu suka cerita yang megangkat tentang buku. Novel ini disajikan dengan sudut pandang masing-masing tokoh hingga sudut pandang sebuah buku, dan itu membuatnya novel ini menarik. Coba bayangkan apa yang dipikirkan buku ini? Dia khawatir entah di zaman kapan, buku tidak ada lagi yang berbentuk kertas, tidak ada lagi menciumi aromanya! Oh itu mengerikan.  


Bagaimanapun aku adalah buku. Aku berkomunikasi melalui halamanku, bahkan ketika aku menyukai pembacaku, dan memang ada beberapa pembaca yang sangat aku sukai, pembca yang menemukan rahasia-rahasiaku dan kembali padaku berulang kali (hlm 131)


Apakah pernah terbersit dipikiran kita yang menyukai sebuah atau beberapa buku, apakah mereka juga menyukai kita? Dan setelah membaca ungkapan di atas, apakah kita sudah menjadi pembaca yang disukai oleh buku-buku kita?

Lalu, apakah nanti aka nada buku yang bisa berbicara seperti buku hasil  curian Lee ini yang dikhususkan untuk orang-orang yang benar-benar tidak bisa membaca?

No comments:

Post a Comment