Wednesday, 29 January 2014

Wuthering Heights




Wuthering Heights
By Emily Bronte
Wuthering Heights
Alih bahasa: Lulu Wijaya
Desain dan ilustrasi cover: Martin Dima
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, April 2011
488 hlm; 20 cm
Wuthering Heights mengisahkan tentang cinta yang tak sampai antara Heathcliff dan Catherine Earnshaw. Ketika Catherine yang sangat dicintainya memutuskan untuk menikah dengan Edgar Linton yang merupakan saingan Heathcliff sejak kecil, Heathcliff pun melarikan diri dan kelak kembali sebagai pria kaya dan berpendidikan, lalu dia mulai menyusun rencana pembalasan dendam kepada keluarga
Earnshaw dan Linton yang diyakininya telah menghancurkan hidupnya.


Ambillah bentuk apa saja-buat aku gila! Tapi jangan tinggalkan aku dalam jurang ini, dimana aku tak bisa menemukanmu! Oh Tuhan! Sakitnya tak terkatakan! Aku tak bisa hidup tanpa hidupku! Aku tak bisahidup tanpa jiwaku! – Mr. Heathcliff (hlm 242)

Wuthering Heigts, kisah cinta yang menurut saya sangat suram namun penuh dengan perjuangan. Jujur, membaca buku ini membuat saya emosi. Penulis sangat mampu membawa pembaca -saya sendiri- untuk turut serta merasakan gejolak-gejolak yang terjadi di lingkungan Wuthering Heights. Kisahnya begitu rapi dan sistematis membuat saya merasa telah membaca bertahun-tahun. Mulai kisah cinta yang terjadi diantara Heathcliff, Chaterine dan Linton sampai percintaan yang terjadi pada anak-anak mereka.

Wuthering Heights, lambang kesetian dari sudut pandang lain. Cara mencintai dari sudut pandang lain pula, yang mempertegas bahwa kebencian dan cinta itu sangatlah tipis. Rumah yang dipenuhi caci maki disetiap perbincangan membuat saya ikut merasakan bagaimana muramnya kehidupan di sana. Dan saya benar-benar takut kalau-kalau bertemu dengan Mr. Heathcliff walau dia adalah orang yang sangat setia. Dia setia dengan hampir menyerupai pshycopat!

Saya suka dengan ide cerita, menempatkan Mrs. Dean pembantu rumah tangga sebagai pencerita kisah yang terjadi di Wuthering Heights kepada Mr. Lookword yang menjadi penyewa rumah untuk sementara waktu. Untuk akhir cerita sendiri cukup aman terhindar dari suramnya lingkungan. Tapi, saya tidak menjamin cerita ini masuk kedaftar cerita-cerita yang happy ending. Meski begitu, buku ini layak terpampang cantik di rak bukumu.

Saya tidak menemukan kekurangan dalam buku ini. Perasaan emosi saya bukan karena cerita yang disuguhkan buruk, melainkan karena penulis benar-benar pandai memancing emosi saya. Haha.

No comments:

Post a Comment